Rabu 20 Apr 2016 18:27 WIB

Mahasiswa UGM Kembangkan Sistem Pertanian Hidroponik

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pemandangan lahan pertanian di Desa Deudel, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Pemandangan lahan pertanian di Desa Deudel, Tasikmalaya, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Lima mahasiswa UGM mengembangkan sistem pertanian hidroponik dan aquaponik. Dalam pengembangan pertanian tersebut mereka menggandeng kalangan muda Desa Puncanganom 1, Sanden, Bantul, DIY.  

“Dengan pemberdayaan pemuda untuk menjalankan pertanian seperti itu diharapkan mampu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan mereka,” kata Bima Sakti, ketua tim mahasiswa pengembang program pertanian hidroponik di Desa Pucanganom 1, Rabu (20/4).

Program alokasi pengembangan aquaponik vertikultur sayur-ikan desa atau yang disebut Aloevera ini dikembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M).  

Bima menjalankan program ini bersama dengan Hengky Anang Wijaya (D3 Elektronika dan Instrumentasi SV), Rahma Firdanti (Fakultas pertanian), Rima Darmawanti (Fakultas Teknologi Pertanian) serta Rian Nur Hidayat (FEB).

Program alovera ini muncul sebagai solusi atas persoalan pemuda di Desa Pucanganom 1 di kampung Hengky Anang W yang merupakan anggota tim mahasiswa UGM. Aloevera lahir dari keresahan pemuda di kampung tersebut.  

Mereka berkeinginan menjalankan usaha agar bisa lebih produktif dan mandiri dalam perekonomian. Namun begitu, keterbatasan modal masih menjadi kendala utama yang menghambat produktivitas mereka.

“Sebenarnya mereka punya semangat dan etos kerja yang tinggi, tapi terhambat persoalan finansial,” tuturnya. Dari persoalan itulah muncul ide pengembangan usaha pertanian hidroponik dan aquaponik bagi warga setempat. Rupanya program ini disambut secara antusias oleh pemuda dan warga sekitar.

Bima menuturkan pertanian hidroponik dan aquaponik sengaja dikembangkan karena perawatan pola tanam yang lebih mudah dibandingkan dengan pola tanam konvensional. Selain itu, sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas. Sehingga bisa dilakukan di pekarangan rumah dengan lahan terbatas dan juga hemat air.

Mereka memanfaatkan lahan warga setempat seluas 10 kali 10 meter untuk pembuatan satu buah rumah kaca untuk pengembangan pola tanam hidroponik dan aquaponik. Nantinya, tanaman yang akan dibudidayakan antara lain sawi kriting, selada, seledri, kangkung, cabai, terong, daun bawang, dan tomat.

“Rencananya juga akan membudidayakan ikan lele dalam kolam seluas empat kali empat meter. Nantinya kotorannya digunakan sebagi pupuk dalam pertanian aquaponik,” kata mahasiswa D3 Elektronika dan Instrumentasi SV UGM ini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement