REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pihak Institut Pertanian Bogor (IPB) tidak tinggal diam mendapati kenyataan ada ratusan calon mahasiswa baru (camaba) IPB Angkatan 53 yang terancam gugur karena belum bisa membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) sampai batas akhir tanggal 2 Juni 2016.
“Kami mendorong kepedulian para alumni, dosen, dan berbagai pihak untuk menghimpun dana bantuan bagi para mahasiswa baru pelamar Bidikmisi yang diterima melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sehingga mereka dapat membayar UKT untuk memenuhi persyaratan registrasi,” kata Rektor IPB Prof Dr Herry Suhardiyanto MSc kepada Republika, Kamis (2/6) malam.
Herry menambahkan, jejaring alumni IPB yang telah membantu antara lain meliputi DPP Himpunan Alumni, organisasi angkatan masuk kuliah, himpunan alumni berbagai fakultas, dan berbagai komunitas alumni IPB yang terbentuk dari kebersamaan/kegiatan. “Selain itu, para dosen dari daerah asal yang sama dengan para calon mahasiswa juga banyak yang memberikan bantuan,” ujar Herry.
Herry menyebutkan, di Kampus IPB juga ada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Hurriyyah yang akan membantu mahasiswa baru tersebut dengan zakat yang terkumpul dari para dosen dan tenaga kependidikan. Namun, masih banyak calon mahasiswa baru yang diterima melalui SNMPTN yang belum memperoleh bantuan padahal mereka sangat membutuhkan dana untuk memenuhi persyaratan registrasi.
“Para calon mahasiswa itu tentunya juga memerlukan bantuan selama mereka menempuh studi di IPB. Kami telah memutuskan utk memperpanjang masa pembayaran UKT bagi para calon mahasiswa yang betul-betul memerlukan bantuan sambil menggalang kepedulian para donator,” papar Herry Kushardiyanto.
Sebelumnya diberitakan, sekitar 400 calon mahasiswa baru (camaba) IPB Angkatan 53 terancam gugur akibat terkendala biaya. Mereka belum membayar biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT), sedangkan batas akhir pembayaran UKT tersebut adalah Kamis, 2 Juni 2016.
Hal tersebut sebagai dampak kuota Bidikmisi IPB yang tahun ini turun drastis dari 800 orang tahun lalu menjadi hanya 270 orang. Sementara itu pelamar Bidikmisi tahun ini mencapai 700 orang, sehingga ada 430 orang yang tidak memperoleh Bidikmisi tersebut.
Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kepada mahasiswa yang kurang beruntung dari sisi ekonomi, tapi tidak berbasis prestasi. Meskipun demikian, umumnya penerima Bidikmisi adalah mereka yang pada waktu SMTA-nya merupakan siswa yang pintar dan berprestasi.