REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- UNESCO merilis Laporan Pemantauan Pendidikan Global 2016 bertema 'Pendidikan bagi Manusia dan Bumi: Menciptakan Masa Depan Berkelanjutan untuk Semua' di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Dalam laporan itu menunjukkan, pendidikan perlu menekankan perhatian lebih akan masalah lingkungan. Sebab, setengah negara di dunia, tidak memiliki kurikulum yang secara eksplisit membahas perubahan iklim. Bahkan, masih berdasarkan laporan itu, hampir 40 persen pelajar berusia 15 tahun di negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), memiliki pengetahuan terbatas akan isu-isu lingkungan.
Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudyaan (Mendikbud) Bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananto Kusuma Seta menilai, laporan UNESCO itu berbeda dari yang ada sebelumnya. Sebab, laporan itu mengangkat, pendidikan tidak hanya untuk pendidikan. Namun, pendidikan untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG).
"Ada planet, kemakmuran, bumi, manusia, ada kemitraan. Bagaimana mendidik anak-anak kita, bukan hanya urusan pintar saja, tapi pendidikan untuk dunia, pendidikan yang holistik," kata Ananto di Kantor Kemendikbud RI, Jakarta, Selasa (6/9).
Ia mengatakan, kesehatan dan cinta pada lingkungan bisa dididik. Namun, menurutnya tantangan yang harus dihadapi yakni, masalah urbanisasi. Bagaimana mencegah perpindahan remaja dari desa ke kota.
"Itulah yang disebut pendidikan sebagai ibu dari solusi masalah-masalah. Ini desain pendidikan ke depan, mencakup aspek lainnya," ujar dia.