Sabtu 10 Sep 2016 13:27 WIB

'Birdwatching Competition' Asah Kepekaan Lingkungan Lewat Pengamatan Burung

Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)  di lereng Gunung Merapi.
Foto: Antara
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di lereng Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bagi sebagian orang awam, mengamati burung mungkin menjadi kegiatan yang kurang menarik atau tidak terasa manfaatnya. Namun, dibalik itu ternyata tersimpan banyak hal yang menakjubkan. Begitulah yang dirasakan oleh Zulfikar Ali Akbar (Biologi 2014), Pusparasmi Sholikhah (Biologi 2013) dan Sigit Nur Pratama (Biologi 2015), salah satu tim dari Kelompok Pengamat Burung (KPB) 'Megalaima' bentukan Himpunan Mahasiswa Biologi "Nymphaea" ITB.

Melalui lomba 'Merapi National Bird Watching Competition' yang diadakan oleh Balai Taman Nasional Gunung Merapi bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), belum lama ini, ketiganya memperoleh gelar tim terbaik dalam kategori lomba mengamati burung. Namun bukan gelar juara yang menjadi kesan utama bagi Akbar, Puspa, dan Sigit dari keikutsertaan mereka dalam lomba ini, melainkan banyaknya hal baru yang mereka dapat.

Nymphaea ITB sendiri mengirimkan 6 tim dalam perlombaan ini. Berangkat menaiki kereta dan tinggal di camp selama 3 hari, juga menjadi tuntutan tersendiri bagi para peserta lomba untuk dapat survive di kehidupan alam bebas.

Burung-burung langka

Kegiatan lomba mengamati burung ini, mengharuskan pesertanya untuk berkeliling di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi dengan durasi waktu 5 jam untuk mengamati berbagai spesies burung (//Birdwatching//). Birdwatching merupakan kegiatan mengamati burung dengan peralatan khusus seperti binocular, monocular atau kamera. Para peserta kemudian mencatat nama spesies, deskripsi morfologi, perilaku, maupun keterangan lainnya seperti jumlah individu dan aktivitas burung ketika ditemukan.

Mengamati burung dan mengidentifikasikannya, tentu tidak semudah yang dibayangkan. Mulai dari warna pakaian yang dikenakan, tempat-tempat burung bersarang atau bertengger dan gerak-gerik pengamat pun harus diperhatikan jika tidak ingin burung-burung beterbangan begitu saja ketika diamati.

Namun waktu 5 jam ternyata tidak cukup memuaskan bagi Akbar dan Sigit. Keduanya pun memutuskan untuk kembali berkeliling untuk mencari burung elang Jawa yang terkenal langka. Akhirnya, berkat kesabaran menunggu selama berjam-jam keduanya pun akhirnya dapat melihat burung satwa yang dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia (Garuda) itu keluar dari sarangnya.

"Saya rasa ini adalah pengalaman yang luar biasa karena dari Jawa Timur hingga Jawa Tengah burung Elang Jawa itu sudah bisa dihitung jari," ujar Akbar menceritakan pengalamannya. Tidak hanya Elang Jawa, Akbar, Sigit dan Puspa mengaku berhasil melihat burung Ciung Mungkal Jawa ketika sedang berkeliling. Burung ini juga merupakan burung endemik Indonesia yang bahkan fotografer di daerah tersebut mengaku belum pernah menjumpainya selama 4 tahun.

Pelajaran berharga

Dari serangkaian lomba yang diikuti oleh Akbar, Puspa dan Sigit, ternyata banyak hal yang dapat diambil sebagai pelajaran positif. Sebagai bagian dari ekosistem, manusia tidak tinggal sendiri. Sinergisasi bukan hanya harus dibentuk oleh sesama manusia tapi juga antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. "Mengamati makhluk hidup lain bukanlah sesuatu yang sia-sia, bahkan melalui kegiatan pengamatan ini kita sebagai manusia semakin ditingkatkan kepekaannya dalam menghadapi lingkungan sekitar," tutur Puspa.

Apalagi, kata dia, burung juga memiliki peran tertentu dalam suatu ekosistem. Baik peran dalam mengisi rantai makanan, burung pemakan buah yang membantu menyebarkan biji tanaman, penyerbukan bunga, bahkan ada pula burung-burung tertentu yang dapat menjadi peringatan dini atas penyakit manusia.

Menurut dia, banyaknya peran burung dalam keseimbangan ekosistem ini, tentu telah menjawab faedah dari kegiatan birdwatching. Meskipun, bukan hanya burung saja yang memiliki andil dalam ekosistem. Namun, kegiatan pengamatan burung ini merupakan salah satu contoh yang dapat membuat manusia sadar bahwa makhluk hidup di sekitarnya juga perlu diperhatikan karena mereka pun sama-sama tinggal dan berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan ekosistem.

Bagi para mahasiswa dari berbagai disiplin keilmuan, mereka juga berpesan, supaya tidak perlu ragu untuk mengikuti kompetisi-kompetisi yang ada karena banyak hal dan pelajaran baru yang dapat ditemui dari lomba-lomba yang diikuti. "Kita benar-benar awalnya hanya berniat untuk nambah pengalaman. Ya...menang itu bonus saja. Pokoknya, nggak usah khawatir sama menang atau kalah, yang penting lakoni dulu saja," ungkap Puspa.

"Saya juga sebetulnya nggak masuk tim ini, cuma karena ada yang berhalangan ikut jadi saya ngegantiin. Dari ikut lomba sekali, rasanya pengen ikut lebih banyak lagi. Jadi ya itu tadi, mulai saja dulu jangan khawatir sama hasilnya," ujar Sigit.

sumber : itb.ac.id
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement