Jumat 13 Jan 2017 11:57 WIB

Mahasiswa KKN Unsil Berantas Buta Teknologi Informasi

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Teknologi Informasi (ilustrasi)
Foto: tnea.in
Teknologi Informasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) menginisiasi keterbukaan masyarakat desa terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Inisiasi dilakukan akibat minimnya sentuhan teknologi di masyarakat Desa Cikawaung Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya.

Salah satu mahasiswa yang menjadi Koordinator Desa, Lutfi Abdul Rozak mengatakan perkembangan TIK yang semakin pesat seharus bisa diimbangi masyarakat baik di level perkotaan maupun pedesaan. Sebab, menurutnya pemanfaatan TIK bisa memberi manfaat bagi masyarakat desa.

"Kami tidak ingin ada kesenjangan, sementara di kota begitu melek, tapi di daerah ini masih sangat minim. Semuanya harus bisa merasakan pemanfaataan teknologi ini," katanya, Jumat (13/1).

Ia menyebut pelatihan diberikan dari mulai anak-anak usia SD, remaja hingga dewasa, khususnya aparat desa. Tetapi mereka memperoleh pelatihan yang berbeda tergantung porsi dan keperluannya. Masing-masing kelompok pun mempunyai jadwal pelatihan berbeda.

"Penekanan kami di sini bukan semata akses internet, tapi lebih kepada pemanfaataan komputer untuk membantu aktivitas. kami juga membuat aplikasi pengelola uang untuk desa, karena kita lihat masih serba manual," ujarnya.

Selain juga, ia berharap lewat pelatihan ini mampu melahirkan kader-kader penggiat IT. Diharapkan para kader ini bisa terus melanjutkan program pengenalan dan pelatihan TIK pasca mahasiswa menyelesaikan KKN-nya.

"Di sini itu yang sudah bisa menggunakan komputer baru sekitar 20 orang se-Desa, sisanya hanya kenal, tapi tidak bisa mengoperasikan," ucap mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika itu.

Sebagai wujud kontribusi nyata, para mahasiswa berencana membuat pangkalan data penduduk Desa Cikawung berbasis TIK. Pangkalan data itu juga akan memuat peta dusun.

"Permasalahan yang ada di masyarakat, memang terus coba kita gali dan berikan solusinya. Seperti data base desa yang masih ditulis tangan dalam buku, kita kira sangat tidak efektif, karena akan sulit untuk mencari dan memperbaharui. Sehingga dengan kita setting dalam aplikasi, bisa lebih efisien. Begitu juga peta desa yang sampai hari ini belum ada," jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement