REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini tuntutan kebutuhan akan jurnal ilmu komunikasi yang berkualitas sangat tinggi. Hal itu tidak terlepas dari tuntutan pemerintah terkait kewajiban dosen lektor kepala untuk menulis jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional.
Bahkan syarat kelulusan mahasiswa Pascasarjana adalah menulis di jurnal terakreditasi. Hasil penelitian hibah Dikti juga harus ditulis di jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional. Di sisi lain, jumlah jurnal nasional terakreditasi sangat terbatas.
Padahal Jumlah pendidikan tinggi Ilmu Komunikasi S1,hingga S3 di Indonesia ada sekitar 250 kampus. Namun jurnal Ilmu Komunikasi yang terakreditasi di Indonesia hanya ada tiga. Yaitu Jurnal ASPIKOM alamatnya www.jurnalaspikom.org, jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta alamat email jik@upnyk.ac.id dan Jurnal Ilmu Komunikasi Univ Atmajaya Yogyakarta.
Melihat kondisi tersebut sejumlah penerbit jurnal komunikasi mendeklarasikan pembentukan Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi Indonesia (APJIKI). Saat ini juga anggota terdaftar AJIKI adalah 45 Penerbit antara lain berasal dari datang dari Surabaya, Madura, Kalimantan Selatan, Malang, Solo, Yogyakarta. "Kami ingin membantu memfasilitasi kebutuhan itu agar ilmu komunikasi bisa lebih berkembang lagi, " kata Dr. Lestari Nurhajati selaku Editor in Chief Jurnal Communicare LSPR yang menjadi tuan rumah deklarasi APJIKI, Jumat (17/2).
APJIKI memiliki susunan kepengurusan dengan hasil pemilihan yang demokrasi, diketuai Dr. Puji Lestari. Sampai saat deklarasi ini disiapkan, sudah 57 Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi yang akan bergabung dalam asosiasi ini. APJIKI melibatkan lebih dari 82 pengelola/redaksi jurnal yang berasal dari berbagai universitas seluruh Indonesia, selain bekerja sama dengan organisasi komunikasi seperti ASPIKOM, Perhumas dan ISKI.
Asosiasi yang digagas pembentukannya akhir Januari tahun ini bersifat independen dan mengedepankan kerjasama. Fokus Organisasi ini antara lain berorientasi pada peningkatan profesionalisme dalam pengelolaan dan publikasi jurnal, pengembangan diskursus ilmiah, membangun komunikasi dengan pemerintah, tingkatkan kualitas jurnal ilmiah dan