REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perguruan Tinggi Swata Indonesia (Aptisi) menyebut kekurangan dosen dan guru besar disebabkan pemerintah tak pernah punya program untuk meningkatkan tenaga pendidik dan ilmuan. "Kita sangat kekurangan dibanding negara lain di dunia, dari dulu kita tak terpacu, tak ada program dari dulu," kata Ketua Umum Aptisi M Budi Djatmiko kepada Republika.co.id, Senin (5/6).
Selai itu, pendidikan di Indonesia tidak pernah menekankan pada riset. Saat ini, Indonesia baru terperanjat ketika menyadari ketertinggalan dari negara asing dari sisi jurnal internasional. Pun pemerintah juga tidak pernah menekankan pendidikan untuk dosen.
Budi menjabarkan, setidaknya ada 34 ribu dosen yang masih lulusan S1. Menurutya, hal itu disebabkan masih sedikitnya jurusan S2 yang linier dengan jenjang S1. "Ini kesalahan paling fatal. Kalau bicara swasta, malah tak punya uang. Tak pernah kebijakan berpihak ke swasta," ujar dia.
Sebelumnya, pemerintah meluncurkan program beasiswa bagi dosen dan guru besar di Indonesia. Budi pesimistis program beasiswa bisa menyelesaikan permasalahan kekurangan dosen dan guru besar secara keseluruhan. "Memang banyak yang harus diperbaiki. Kerja bersama lakukan sinergi. Selama kementerian lebih komunikatif, lebih mau terima kritik," ujar dia.