REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah peneliti di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara berkembang lain di Asia. Data dari UNESCO pada 2016 menyebutkan rasio jumlah peneliti di Indonesia berkisar 89 peneliti per 1 juta penduduk. Rasio ini adalah yang paling sedikit di antara negara-negara anggota G-20.
Kualitas SDM para peneliti dalam negeri juga dinilai belum cukup memadai. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan SDM peneliti harus ditingkatkan kualitas pendidikannya. Salah satunya, dilakukan pemerintah lewat program Research and Innovation in Science and Technology Project (RISET-Pro).
"Ada sekitar 240-250 orang yang sudah kami didik untuk menjadi peneliti baik dari BPPT, LIPI, LAPAN. Kami kirim ke perguruan tinggi di seluruh dunia, baik dalam negeri maupun luar negeri. Ini sudah berjalan," kata Mohamad Nasir, di Jakarta.
Pihaknya juga mendorong peningkatan kualitas peneliti dari perguruan tinggi. Nasir mengatakan, Kemenristekdikti mengalokasikan kuota untuk 2500 peneliti dari perguruan tinggi. Di samping sebagai dosen, diharapkan mereka juga menjadi peneliti. Peserta program ini sudah dikirim untuk periode 2016, dan akan disiapkan lagi angkatan 2017.
Proyek yang sudah berlangsung sejak 2014 ini, menurut Nasir, sebagian besar memberangkatkan para peneliti ke jenjang doktoral untuk tujuh bidang riset prioritas pemerintah. Ketujuh bidang riset tersebut, meliputi bidang pangan, kesehatan dan obat, teknologi informasi dan komunikasi, pertahanan dan keamanan, energi, transportasi, bahan baku dan material maju.
Nasir menyatakan bidang-bidang ilmu ini diharapkan bisa menggerakkan perekonomian bangsa. "Diharapkan ke depan kita punya biodiversity yang baik. Oleh karena itu, jangan sampai produk yang dipakai di dalam negeri semua produk impor. Kalau bisa produksi dalam negeri, bahan baku dalam negeri, dimanfaatkan dalam negeri," ujarnya.
Sementara itu, peluncuran Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-22 akan dilaksanakan di Pelabuhan Paotere, Makasar, Sulawesi Selatan pada besok Jumat (16/6) sore. Nasir mengungkapkan ada beberapa inovasi karya anak bangsa yang akan dipamerkan dalam Harteknas 2017 yang mengangkat tema kemaritiman ini.
Menristekdikti menyebut inovasi yang akan dibawa, antara lain kapal plat datar untuk nelayan, konverter penghemat bahan bakar, dan pemantau perkapalan yang ada di laut S 247. Pemantau perkapalan ini mampu memantau kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia yang jaraknya masih dalam radius 70 - 100 kilometer.
"Kami juga akan uji coba pesawat N 219, nanti akan dilakukan dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Bandung langsung terbang ke Serpong untuk uji coba awal," kata Nasir. Lebih lanjut, Kemenristekdikti mengundang industri untuk ikut memanfaatkan inovasi karya anak bangsa. Nasir menambahkan pihaknya juga meminta dukungan dari Kemenko Maritim untuk mengembangkan inovasi-inovasi ini.