REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Beberapa tahun terakhir, data yang dirilis Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mensinyalir kanker sebagai salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Fakta ini mengilhami mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Moh Hamim Zajuli Al Faroby untuk menciptakan program deteksi sejak dini jenis kanker darah atau Leukimia.
"Penyakit kanker cenderung mengikuti pola pertumbuhan dan penyebaran tertentu. Imbasnya berbeda jenis, berbeda cara penanganan," kata Hamim dalam siaran persnya, Kamis (15/3).
Mahasiswa jurusan Matematika yang baru saja diwisuda ini menjelaskan, berdasarkan penelitian yang dilakukan, setidaknya ada empat jenis kanker darah atau penyakit leukimia yang paling umum di dunia. Dari empat jenis ini masih terklasifikasi lagi ke dalam beberapa sub jenis.
Semakin dini jenis leukimia teridentifikasi, lanjut Hamim, maka semakin baik penanganan yang dapat dilakukan. "Selama ini tenaga medis membutuhkan serangkaian tes untuk mempelajari contoh jaringan kanker yang tentunya memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit," ujar pria asal Gresik ini.
Memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelegence), Hamim merancang program pendeteksi jenis leukimia dengan memanfaatkan DNA/RNA pasien. Di sini, DNA/RNA pasien yang telah termutasi karena sel kanker, diubah ke dalam bentuk numerik, kemudian dimasukkan ke program dan akan ketahuan jenis leukimia yang diderita pasien.
Dalam prosesnya, lanjut Hamim, program yang menggunakan metode klasifikasi Support Vektor Machine ini memakai 40 data DNA/RNA positif leukimia. Data itu berasal dari National Center of Biotechnology Information (NCBI) dan European Molekuler Biotechnology Laboratory (EMBL) untuk dijadikan data latihan bagi pengklasifikasian data.
"Hasilnya terdapat 64 ciri dari DNA/RNA Leukimia yang tereduksi lagi menjadi hanya dua ciri," kata Hamim.
Selanjutnya, data latihan tersebut digunakan untuk menguji 25 data lain untuk mengetahui akurasinya. Yakni untuk melihat peforma dari program ini melalui tingkat akurasi prediksi.
Keluaran dari program ini, kata Hamim, divisualisasi pada bidang dua dimensi untuk mempermudah analisis. Hamim mengatakan, semakin banyak data latihan yang digunakan akan semakin akurat pula prediksi yang diberikan oleh program rancangannya.
"Ke depannya, akan ditambah lagi data yang dilatih agar semakin tinggi tingkat sensifitas dalam mendeteksi jenis leukimia," kata Hamim.
Hamim berencana mengembangkan penelitian terkait program ciptaannya ini hingga mampu mendeteksi keberadaan kanker hanya berdasarkan kode DNA/RNA yang dinumerikkan. Rencananya, akan diperluas menjadi program pendeteksi kanker leukimia secara global dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat dan bangsa.