Rabu 14 Mar 2018 21:48 WIB

Menristekdikti Wajibkan Perguruan Tinggi Asing Ajarkan MKDU

Pancasila, Bahasa Indonesia, Agama, dan Kewarganegaraan harus diajarkan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Menristekdikti Mohamad Nasir menyampaikan pandangannya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/1).
Foto: ANTARA FOTO
Menristekdikti Mohamad Nasir menyampaikan pandangannya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong perguruan tinggi asing (PTA) masuk ke Indonesia. Hanya saja, ada syarat yang harus dipenuhi sebelum izin pendirian diberikan. Salah satunya penyertaan mata kuliah dasar umum (MKDU) dalam perkuliahan. 

 

"Mata kuliah yang diajarkan (oleh PTA) wajib ada MKDU, yaitu Pancasila, Bahasa Indonesia, Agama, dan Kewarganegaraan. Empat ini harus ada," kata Nasir di Mall Kota Kasablanka Jakarta, Rabu (14/3).

 

Selain itu, Nasir juga menekankan agar pendirian perguruan tinggi asing tersebut tidak berdasar pada bisnis, melainkan mesti nirlaba. Tentunya dengan melibatkan tenaga pengajar Indonesia, dan wajib bekerja sama dengan perguruan tinggi Indonesia.

  

Saat ini, lanjut Nasir, sudah ada beberapa perguruan tinggi asal Eropa dan Australia yang tertarik masuk ke Indonesia. Antara lain RMIT University dan Melbourne University dari Australia.

  

"Eropa juga kemarin ketemu dengan Cambridge University dan Imperial College London," ungkap Nasir.

  

Menurut Nasir, saat ini memang ada beberapa negara memang tertarik dengan tawaran yang dia ajukan, namun masih belum ada kata final. Hingga kini, sejumlah PTA tersebut bertanya-tanya terkait sistem pendirian gedung dan permasalahan lainnya.

  

"Mereka baru tanya sistem sewa atau gedungnya. Kalau gedungnya, ya saya bilang silahkan apakah mau sewa atau bangun sendiri. Itu urusan B to B (business to business). Saya hanya masalah regulasi (perizinan) saja," katanya.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement