REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Intan Ahmad mengapresiasi penangkapan alumni Universitas Riau (Unri) di kampus tersebut. Tiga orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka teroris diduga akan melakukan aksi pengeboman di sejumlah tempat.
"Ini hal yang amat serius dan kami bersyukur polisi bisa mendeteksi serta mengamankan beberapa orang di sana yang ditengarai mau melakukan teror," kata Intan Ahmad dihubungi Republika, Ahad (3/6).
Dia mengatakan, kejadian di Unri menjadi kasus yang amat serius karena para terduga teroris ini dengan tenang mempersiapkan aksinya di lingkungan kampus. Jika ditelisik lebih dalam, para alumni Unri ini sebenarnya telah lama lulus dari kampus.
Dia mengatakan, penangkapan mereka menunjukkan bahwa ketiganya memanfaatkan keberadaan lingkungan universitas. Kendati demikian, dia menegaskan, penangkapan mereka tidak berarti kampus lalai dalam melakukan pengawasan.
Ahmad menilai hal ini sulit diditeksi pihak universitas karena jumlah almuni sebuah perguruan tinggi sangat banyak. Alhasil, dia menambahkan, agak sulit melakukan pengamanan kampus dari alumni yang memiliki niat jahat seperti aksi terorisme.
Namun, Ahmad memastikan, universitas di seluruh Indonesia memberikan pengawasan kepada mahasiswa dan lingkungan kampus untuk menanggulangi penyebaran paham radikalisme. Kegiatan seperti seminar dan pembekalan lainnya telah digalakkan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti kepolisian atau Badan Nasional Penangulangan Terorisme (BNPT).
Tim Densus 88 bersama tim Gegana Brimob Polda Riau berjaga di area penggeledahan gedung Gelanggang Mahasiswa Kampus Universitas Riau (UNRI) di Pekanbaru, Riau, Sabtu (2/6). (Antara)
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap tiga terduga teroris yang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Ketiga tersangka tersebut bekerja dalam lingkup perakitan bom.
Tersangka pertama yang diamankan, yakni MNZ (33 tahun). Ia merupakan eks mahasiswa Unri yang bekerja sebagai swasta.
Ia ditangkap di dalam Kampus Unri. Sesuai identitasnya di Kartu Tanda Penduduk, ia merupakan warga Lubuk Sakat, RT 8 RW 4, Lubut Sakat, Perhentian Raha, Kampar Riau.
Berikutnya, RB alias D (34) berpekerjaan swasta uang juga eks mahasiswa Unri. Ia ditangkap di Desa Kampar, Kumbang, Kampar Riau.
Lalu, OS alias K (32) berpekerjaan swasta yang juga mantan mahasiswa Unri. Ia ditangkap di Kampus Unri.
Awalnya, RB alias D dan OS alias K diamankan sebagai saksi. Namun, setelah dilakukan pengembangan, penyidik memutuskan menetapkan keduanya sebagai tersangka.
Petugas Gegana Brimob Polda Riau menyusun barang bukti penangkapan terduga jaringan teroris saat rilis resmi kepada wartawan di Mapolda Riau, Sabtu (2/6) malam. Tim Densus 88 dan Polda Riau berhasil mengamankan tiga orang terduga teroris yang merupakan alumni Universitas Riau pada Sabtu (2/6) siang di Gelanggang Mahasiswa UNRI beserta barang bukti yaitu empat bom yang sudah siap ledak, delapan macam serbuk bahan peledak dan dua busur panah. Bom tersebut direncanakan akan diledakan di DPRD Provinsi Riau dan DPR RI. (Antara)
Dalam penangkapan itu, Densus juga menyita empat bom siap ledak dan sejumlah senjata rakitan lainnya. Densus juga menyita busur beserta anak panahnya, senapan angin, dan granat rakitan.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto menjelaskan, sejumlah barang yang disita di antaranya dua buah bom pipa besi yang sudah jadi, dan bahan peledak Triaceton Triperoxide (TATP) yang sudah jadi. Polisi juga menyita bahan peledak lain seperti Pupuk KNO3, Sulfur, Gula, Arang.
"Diamankan pula, dua buah busur panah dan anak panahnya delapan buah, satu buah senapan angin, serta satu buah granat tangan rakitan," kata Setyo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (2/6) malam.