Jumat 28 Sep 2018 02:23 WIB

Mahasiswa Muhammadiyah Serukan Kampus Steril dari Politik

Kampus boleh undang capres-cawapres untuk menyampaikan ide dalam koridor akademik.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ani Nursalikah
Universitas Muhammadiyah Malang
Universitas Muhammadiyah Malang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang pemilu legislatif (pileg) dan pemilu presiden (pilpres) 2019 mahasiswa dan lingkungan kampus diharapkan steril dari ajang kampanye capres-cawapres dan caleg.

Ketua umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Najih Prastiyo mengatakan kampus merupakan tempat pendidikan. Sekalipun KPU mengatur kampus boleh mengundang capres-cawapres untuk menyampaikan ide dan gagasannya dalam koridor akademik, bukan politik praktis.

"Kalau hanya diskusi boleh saja, tapi jika sampai menyampaikan visi dan misi, itu berarti kampanye dan hal itu dilarang UU Pemilu," kata Najih dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/9).

Menurutnya, sulit bagi capres dan cawapres yang diundang kampus tidak menyelipkan kepentingan politiknya. Namun ia menyangsikan, sangat sedikit sekali kemungkinannya di tahun politik dan masa kampanye seperti sekarang ini seorang capres dan cawapres tidak menyelipkan kepentingan politiknya ketika bertandang ke kampus.

Oleh karena itu, IMM berharap sudah sepantasnya pimpinan kampus bersikap bijak dalam memberikan izin setiap pelaksanaan kegiatan yang berbau politik. Para petinggi universitas semestinya menyadari dinamika politik yang tengah berjalan saat ini.

Najih menekankan kepada pimpinan kampus kampus Muhammadiyah mensterilkan area kampus segala bentuk kegiatan berbau politik, seperti kegiatan diskusi yang dibungkus kuliah umum, maupun aktivitas politik praktis lainnya.

"Kampus perlu dan wajib tetap menjaga netralitas kampus sebagai tempat dan ruang akademik. Mencegah dan menganitisipasi kehadiran capres-cawapres di ruang akademik. Apalagi, ada kemungkinan capres-cawapres akan melakukan kampanye," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement