REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tidak akan menghentikan program pengiriman mahasiswa asal Indonesia untuk belajar di Taiwan kendati ratusan mahasiswa asal Indonesia dikabarkan bermasalah di negara tersebut.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M Nasir mengatakan kabar miring mahasiswa yang diduga menjadi korban kerja paksa di Taiwan, tidak mempengaruhi kerjasama yang selama ini sudah dilaksanakan Kemenristekdikti.
“Saya sedang berkomunikasi terus dari kemarin. Yang bermasalah tersebut adalah mahasiswa yang berangkat tidak melalui jalur kerjasama dengan Kemenristekdikti,” tegasnya di Semarang, Kamis (3/1).
Dengan kata lain, jelasnya, mereka berangkat melalui calo serta agensi, di mana mereka berangkat sendiri setelah ditawarkan bisa masuk di perguruan tinggi di Taiwan. Tetapi ternyata tidak bisa diterima hingga akhirnya mereka harus bekerja di perusahaan.