REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Revolusi industri 4.0 tidak bisa hanya dimaknai sebagai digitalisasi dan otomatisasi melalui penguasaan sains dan teknologi informasi, namun juga meliputi penguasaan ilmu baru yaitu bioteknologi, nanoteknologi, dan new materials.
Hal itu disampaikan Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS saat memberikan kuliah umum "Perguruan Tinggi di Era Industri 4.0 dan Perubahan Iklim Global" di Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan, Rabu (18/9).
Menurut mantan menteri kelautan dan perikanan di era Kabinet Gotong Royong, penguasaan akan sains dan teknologi memang menjadi sesuatu hal yang mutlak jika Indonesia ingin menjadi negara maju dan makmur, terlebih di era industri 4.0 saat ini.
"Kita sejak 2012 sudah hidup di era revolusi industri keempat atau industri 4.0. Jika kita merujuk pada definisi dan aplikasi industri 4.0 bukan hanya soal digital dan connectivity sains teknologi tapi juga bioteknologi dan nano teknologi," ujar Rokhmin dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (18/9).
Untuk itu, pakar kemaritiman itu mengajak bangsa Indonesia mengembangkan dan mengusai ilmu baru tersebut dalam menghadapi era industri 4.0.
"Kalau yang terkait teknologi informasi hanya mempermudah, mempercepat, mempermurah dan membuat nyaman urusan orang melalui digitalisasi dan otomatisasi. Tapi untuk memproduksi baik bersifat biologi seperti pangan maupun biomasa seperti barang tambang dan lain-lain dibutuhkan ilmu lain yaitu bioteknologi, nanoteknologi, dan new materials," tambah ketua DPP PDI Perjuangan itu.
“Jika kita sebagai bangsa dan negara tidak ingin mati atau kalah di era industri 4.0, maka harus menguasai teknologi informasi yang terkait industri 4.0,” kata ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia itu.
Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.
Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin juga mengajak bangsa Indonesia khususnya perguruan tinggi untuk menghadapi ancaman ketidakseimbangan lingkungan yang ditandai dengan pemanasan global dan perubahan iklim.
Ia memberi tiga pesan penting kepada mahasiswa terkait peran dan fungsinya saat ini. "Jadilah yang terbaik di program studi atau bidangnya masing-masing, kontribusikan kemampuan untuk membantu bangsa dan negara agar menjadi maju adil makmur dan berdaulat, dan yang terakhir bersama-sama berkontribusi untuk kehidupan dunia yang lebih baik,” kata dosen kehormatan Mokpo National University Korea Selatan itu.
"Kuncinya rajinlah membaca, berdiskusi, dan penelitian. Saat ini kita tahu minat membaca kita sangat rendah, padahal membaca adalah gerbang kita menguasai dunia," tuturnya.
Rokhmin menyebutkan lima profesi menjanjikan di era digital, yakni data scientist (ahli data), application developer (pengembang aplikasi), Search Engine Optimizer (SEO) specialist, digital marketers (pemasar digital), dan influencer (orang yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi audiens tertentu).
Ia juga menyebutkan enam jenis pekerjaan yang dibutuhkan di era industri 4.0, yakni analis statistik, ahli keamanan cyber, dan insinyur biomedis. “Selain itu, pakar teknologi berkelanjutan, ahli nutrisi dan kebugaran, serta penerjemah banyak bahasa,” papar Prof Rokhmin Dahuri.