Senin 23 Sep 2019 14:42 WIB

BPPT Ajak Universitas Budi Luhur Wujudkan Teknologi Mandiri

Universitas Budi Luhur dinilai mampu menghadapi revolusi industri.

Kuliah umum oleh Kepala BPPT, Hammam, di Universitas Budi Luhur Jakarta.
Kuliah umum oleh Kepala BPPT, Hammam, di Universitas Budi Luhur Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Universitas Budi Luhur ambil bagian aktif mewujudkan pemberdayaan teknologi melalui optimalisasi tujuh peran BPPT. Hal ini guna mencapai visi pemerintah menuju negara pendapatan tinggi pada 2035 dan PDB keempat di dunia. 

Kepala BPPT, Hammam Riza, mengatakan tujuh peran tersebut meliputi tiga peran pengkajian, yaitu perekayasaan, kliring teknologi, dan audit teknologi. Sedangkan empat peran penerapan, yaitu: alih teknologi, difusi ilmu pengetahuan dan Teknologi, intermediasi teknologi, dan komersialisasi teknologi. 

Baca Juga

“Tujuh peran Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk inovasi sebenarnya sudah ada sejak lama. Peran ini sekarang menjadi baku,” kata dia dalam kuliah umum mahasiswa Pasca-Sarjana Universitas Budi Luhur (UBL), di Jakarta, akhir pekan lalu, dalam keterangannya kepada Republika.co.id di Jakarta, Senin (23/9).  

Kuliah Umum yang digelar di Ruang Teater Kampus Pusat UBL ini mengambil tema “Hadapi Era 4.0 Dengan Semangat Visioner BJ Habibie”. Hammam menyampaikan Visi Indonesia 100 tahun merdeka, yaitu Indonesia adil dan makmur yang sudah disampaikan Pak Habibie ketika datang dari Jerman dan diminta menjadi Menteri Ristek Pertama Indonesia.   

Dia menjelaskan, dalam pengembangan teknologi, Habibie melakukan lompatan teknologi dengan berfokus pada penguasaan teknologi dan industri pesawat terbang (IPTN). Habibie berkeyakinan menguasai industri di bawahnya menjadi lebih mudah dan cepat. 

Hammam mengatakan, untuk transformasi industri bagi negara berkembang, Habibie menyarankan “Reverse Engineering”  dari produk yang sudah proven dan diserap pasar, dengan tujuan secara bertahap mengejar ketertinggalan teknologi hingga mampu memproduksi secara mandiri. 

Sedangkan dalam transformasi industri, kata Hammam, filosofi Habibie adalah “berawal di akhir. berakhir di awal”. Artinya bahwa riset mulai dari apa yang dibutuhkan masyarakat, karena hasil iptek harus dikomersialisasi sehingga bermanfaat untuk masyarakat. 

Saat ini, ujar Hamman, pada 74 tahun Indonesia merdeka, Presiden Joko Widodo berfokus pada SDM unggul. SDM unggul yang menguasai Ipteklah yang mampu menciptakan inovasi. Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, Hammam meyakini bahwa SDM Unggul, penguasaan Iptek dan Inovasilah yang mampu menghela pertumbuhan ekonomi cepat. 

Plt Rektor Universitas Budi Luhur, Wendi Usino, mengatakan sebagai perguruan tinggi berbasis IT, UBL menanggapi sangat positif ajakan untuk bergabung dengan BPPT dalam pengembangan iptek dan penciptaan inovasi. “Insya Allah dua hingga tiga pekan kedepan MoU antara UBL dan BPPT dapat ditandatangani,” kata dia. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement