REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Adirajasa Reswara Sanjaya (ARS) University terus mendorong mahasiswanya memiliki kecakapan bidang multimedia, khususnya konten digital. Menurut Rektor ARS University, Purwadhi, bidang keahlian ini memiliki prospek cukup bagus, di tengah era revolusi industri 4.0.
Purwadhi mengatakan, pihaknya terus mendorong mahasiswanya memiliki keahlian dan kecakapan di bidang konten digital. Seperti produksi film dokumenter. Keahlian ini, menjadi bagian dari program studi yang diajarkan Fakultas Komunikasi dan Desain ARS University di Bandung.
"Profesi membuat film dokumenter adalah bidang yang memiliki masa depan, tapi belum banyak dipahami," ujar Purwadhi, kepada wartawan, Rabu (22/1).
Padahal, Puwardhi menilai, ini adalah kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa. "Kalau ditekuni dengan baik, akan bernilai ekonomi," katanya.
Salah satu cara meningkatkan kemampuan mahasiswa memproduksi konten digital film dokumenter, kata dia, adalah rutin menggelar acara sharing session diluar jadwal kuliah. Acara tersebut, menghadirkan pembicara profesional.
ARS University pun, menggelar Sharing Season Content Creator Film Documentary di 150 Cafe & Resto, Jalan Sulaksana, Kota Bandung, Selasa (21/1). Acara diikuti mahasiswa semester 3 dan 5 ARS University sejak sore hingga malam hari. Acara menghadirkan Jay Subyakto pegiat film dokumenter dan Narasena Iman sebagai pegiat konten kreator.
Dekan Fakultas Komunikasi dan Desain (FKD) ARS University Dasrun Hidayat mengatakan, acara ini merupakan kegiatan rutin FKD. Tujuannya, meningkatkan pemahaman mahasiswa membuat konten digital. Sehingga, mahasiswa tidak hanya menguasai teori , tapi mendapat ilmu dari para praktisi yang memiliki pengalaman internasional.
Kegiatan ini, merupakan bagian dari kurikulum ARS. Yakni, menekankan pada bagaimana membuat internet kreator. Seperti film televisi, digital multimedia, dan lainnya.
"Mengacu pada perkembangan teknologi digital, kami ARS University ingin unggul dari sisi digital preaner," katanya.
Menurut dia, secara teori mahasiswa telah menguasai cara membuat film dokumenter. Namun mereka perlu meningkatkan pemahaman dari praktisi yang telah lama berkecimpung di dunia nyata.
"Outputnya, kami berharap mahasiswa bisa membuat film dokumenter, dan ikut berbagai kompetisi. Mereka menerapkan skill ini dan memproduksi untuk dikompetisikan," kata Dasrun seraya mengatakan beberapa mahasiswanya sudah mendapatkan penghargaan dan harus terus dipertahankan.
Selain itu, kata dia, kegiatan ini digelar untuk mempertajam profil lulusan sebagai content creator dibidang digital media, creative broadcast, dan digital public relations. Yakni, meliputi podcast creator, footage creator, video creator, travel videografer, dan komersial director.
Dalam paparannya, Jay Subyakto mengatakan, tantangan memproduksi film dokumenter adalah membuat konten faktual. Membuat film dokumenter harus dilandasi riset dan data sejarah, karena menyangkut kebenaran yang terjadi.
Tantangan lainnya, kendati dibuat dengan biaya tinggi, namun peminat film dokumenter di dalam negeri masih rendah. Hal ini, berbeda dengan beberapa negara seperti warga Australia, yang menaruh minat besar pada film dokumenter.