REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Harvard University dan Organnisasi Kesehatan Dunia (WHO) meragukan Indonesia mampu mendeteksi virus korona tipe Novel Coronavirus (2019-nCoV), karena hingga saat ini tidak ada satu pun kasus positif di Tanah Air. Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang mengklaim menemukan reagen atau zat kimia pendeteksi virus korona nCoV, membantah keraguan tersebut.
"Bukan tidak ada kemampuan. Kita punya peralatan, kita punya kit untuk mendeteksi, dan Unair siap membantu pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, untuk mendeteksi virus corona," ujar Koordinator Penanganan Corona Unair Prof dr. Soetjipto MS PhD dikonfirmasi Selasa (11/2).
Reagen primer yang spesifik untuk mendeteksi virus corona Wuhan ini, kata pria yang akrab disapa Prof Tjip itu, dapat mendeteksi positif tidaknya sampel dari pasien. Bahkan, dia mengklaim, tingkat akurasi dari pendeteksi yang dimilikinya mencapai 99 persen. Pendeteksi tersebut, merupakan hasil kerja sama Unair dengan Kobe University, Jepang.
"Sebetulnya ini bukan sesuatu yang baru. Unair sudah kerja sama dengan Kobe University Jepang ini selama 40 tahun. Kami kerja sama mendapatkan primer yang spesifik untuk mendeteksi virus ini (corona)," kata Seotjipto.
Soetjipto mengatakan, uji laboratorium dengan reagen hasil kerja sama dengan Kobe University Jepang ini sudah dilakukan terhadap sejumlah sampel. Meskipun, dia enggan menyebutkan berapa banyak sampel dan dari mana saja yang sudah diuji.
"Memang, Alhamdulillah, tidak ada kasus. Karena sampel-sampel yang diperiksa saat ini tidak ada yang positif. Kami dapat dari sejumlah rumah sakit," kata dia.
Berkaitan dengan penanganan dan uji laboratorium terhadap lebih dari 200 WNI yang dikarantina di Natuna, setelah dipulangkan dari Wuhan, dia menegaskan, Unair siap melakukan uji sampel. Namun, kata dia, itu pun jika memang diminta atau dibutuhkan oleh pemerintah.
"Kalau penanganan di Natuna, kan, sudah ada dokter-dokter yang dikirim ke sana. Tapi kalau ada sampel yang dikirim ke Unair, kami di LPT siap untuk memeriksa sampel itu," kata dia.
Dia mengaku, saat ini, RS Unair telah bekerja sama dengan RSUD dr Soetomo Surabaya sebagai rumah sakit rujukan di Indonesia Timur dalam hal penanganan kasus virus korona. "Pak Rektor sudah mengumpulkan LPT, RS Unair, pakar dari Unair dan mengundang RSUD dr Soetomo, Direktur dan Wakil Direkturnya. Menurut direktur sudah ada link dengan RS seluruh jatim," kata dia.