REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -— Sekjen Komnas Pendidikan Andreas Tambah mengatakan, meskipun siswa-siswa SD mengikuti ujian sekolah dan mendapatkan rapor, hal itu belum cukup. Harus ada tes untuk masuk SMP.
Kalau tidak ada tes seleksi masuk SMP, ujar Andreas, maka sulit untuk menentukan standarnya. “Tidak ada tes masuk juga menyulitkan seleksi terhadap siswa,” ujarnya di Jakarta, Rabu, (12/2).
Seharusnya, kata Andreas, ada tes masuk SMP per wilayah. Tes masuk SMP di daerah DKI Jakarta diseragamkan, misalnya tes masuk terdiri dari 50 soal yang memuat beberapa pelajaran sekaligus seperti bahasa Indonesia, matematika , IPA, IPS. Ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kompetensi siswa.
Kalau hanya bergantung pada hasil ujian sekolah SD dan nilai rapor, terang Andreas, dikhawatirkan itu tidak menggambarkan kondisi siswa yang sesungguhnya. Bisa jadi ada guru yang menggelembungkan nilai rapornya.
Penggelembungan nilai, kata Andreas, banyak terjadi pada siswa-siswa SMA. Guru-guru yang ingin sekolahnya diundang untuk masuk perguruan tinggi yang bagus menaikkan nilai rapor para siswanya. Akibatnya saat siswa mengikuti kuliah di PTN yang bagus mereka kesulitan sebab kemampuannya di rapor bukan cerminan kemampuannya yang riil.