REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud Haris Iskandar mengakui, ada sekolah yang belum menerima buku-buku sekolah. Keterlambatan ini terjadi karena kepala sekolah dan dinas pendidikan setempat tidak aktif dalam mengkoordinasi pemesanan buku, Senin, (21/7).
Sementara, ungkap dia, banyak percetakan yang ragu-ragu untuk mencetak buku. "Mereka takut tidak dibayar padahal sudah ada dana untuk pembayaran buku," ujarnya.
Kalau sampai sekolah tidak membayar, terang Haris, Kemendikbud yang akan membayar biaya cetak buku. Untuk buku pendidikan menengah dibayar dengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang masih ada di Kemendikbud.
Haris menyatakan, sudah mengirim pesan singkat (SMS) kepada 12 ribu kepala sekolah SMA se-Indonesia. "Saya SMS mereka semua supaya melakukan pemesanan dengan cepat," katanya.
Saat ini, ujar Haris, percetakan mendahulukan buku SD dengan harapan ada aliran uang tunai. Aliran uang tersebut nantinya digunakan untuk mencetak buku SMA, SMK.
Haris melanjutkan, buku SMA yang sudah dicetak mencapai 60 persen, sedangkan yang dikirim 20 persen. Untuk mengatasi masih kurangnya buku, Kemendikbud mengirimkan DVD berisi isi buku berupa soft copy mata pelajaran di sekolah. "Sebanyak 76 kg DVD, dikirim ke seluruh SD, SMP, SMA," ujarnya.