Sabtu 25 Oct 2014 15:24 WIB

Dubes Malaysia: Ada yang Tak Suka Malaysia-Indonesia Bersatu

Rep: DR Meta Novia/ Red: Erik Purnama Putra
Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Dato Seri Zahrain Mohamed Hashim.
Foto: The Malaysian Insider.
Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Dato Seri Zahrain Mohamed Hashim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Dato Seri Zahrain Mohamed Hashim mengaku, sangat senang bisa diundang dalam acara Malaysia Day di Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah, Bogor, Sabtu (25/10).

"Saya senang sekali datang ke acara Malaysia Day. Saya merasa terharu, semacam balik kampung saja suasananya, seperti saya pergi ke Malaysia," kata Dato Seri Zahrain.

Menurut Dato Seri Zahrain, Indonesia dan Malaysia harus berkomitmen mencari jalan memantapkan hubungan bilateral Malaysia-Indonesia. "Penguatan hubungan, bukan hanya dari bisnis ke bisnis tapi dari  politik ke politik," katanya.

Menurut dia, ada pihak yang tidak suka kalau Indonesia dan Malaysia bersatu. "Makanya kita harus mempererat hubuangan antar negara kita," ujarnya.

Persaingan saat ini, kata Dato Seri Zahrain, bukan antara Malaysia dan Indonesia, namun Malaysia dan Indonesia dengan dunia. "Makanya harus berhati-hati bisa ada yang tidak suka keeratan kita," harapnya.

Malaysia, ujar dia, memiliki berbagai macam makanan seperti di Indonesia. Di sana ada soto, ayam penyet, bakso. "Bahkan kami belajar tari Poco-Poco dari Indonesia," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Dato Seri Zahrain mengaku sudah bertemu dengan Presiden Jokowi. Hubungan antara kedua pemimpin negara, bukan hanya seperti kawan, melainkan juga persaudaraan.

"Bahkan saat bertemu Bapak Jokowi, beliau mengatakan Indonesia dan Malaysia itu bangsa serumpun. Makanya kami berharap Bapak  Jokowi, dan timnya mengatur rancangan-rancangan yang baik untuk hubungan kedua negara," kata Dato Seri Zahrain.

Di tempat yang sama, Ketua Yayasan Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah, Mirdas Eka Yora mengatakan, dengan melaksanakan Malaysia Day di sekolahnya anak-anak belajar negara Malaysia secara nyata.

"Bahkan anak-anak bisa berinteraksi langsung dengan Dubes Malaysia sehingga konsep hubungan global  bukan hanya imajinasi, tapi riil," katanya.

Pembelajaran, ujar Mirdas, harus dilakukan secara multidimensi yang kaya konsep. Anak-anak bisa mengenal budaya dan modernisasi Malaysia secara langsung dengan terlibat dalam aktivitas Malaysia Day.

Sebenarnya, kata Mirdas, bukan hanya ada Malaysia Day di sini, tapi Marocco Day, Singapore Day, Slovakia Day, Egypt Day, Philipine Day, Japan Day, Kuwait Day,  Arabic Week. Ini bertujuan mengenalkan anak-anak sejak dini mengenai negara-negara asing.

"Mengajar anak-anak berpola pikir  global. Diharapkan mereka bisa menjadi  penentu di kancah global, bukan hanya pengikut saja,"ujar Mirdas.

Shake Hand Policy, terang Mirdas, diajarkan kepada anak-anak sejak dini agar mereka memiliki rasa kesetaraan dengan bangsa lain. "Kesetaraan dalam hubungan internasional ini yang sudah mulai hilang, ini harus dibangkitkan lagi dalam jiwa anak-anak,"terangnya.n dyah ratna meta novia

Sebab mundur adalah pengkhianatan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement