REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH) menggelar Konferensi Bedah Otak Internasional ke-11 (11th International Conference on Cerebrovascular Surgery) pada 11-14 Desember di Lippo Village, Karawaci, Tangerang. Konferensi tersebut membahas mengenai kontroversi salah satu penyakit paling mematikan, stroke.
Dekan FK UPH, dr Eka Julianta Wahjoepramono, mengatakan stroke adalah penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Stroke juga merupakan penyebab cacat nomor satu di dunia.
"Dalam konferensi ini kami membahas dua hal prinsip, yakni bagaimana mencegah stroke serta bagaimana menangani stroke," ujar pria yang bertindak sebagai Presiden Konferensi Bedah Otak Internasional ke-11 tersebut.
Menurut Eka, yang merupakan dokter pertama di Indonesia yang melakukan bedah batang otak, stroke adalah penyakit yang sebenarnya bisa dihindari. Hanya saja selama ini masyarakat belum memiliki perhatian cukup terhadap penyakit yang disebabkan tersumbatnya pembuluh darah ke otak tersebut.
"Konferensi ini di antaranya mendiskusikan bagaimana mengurangi angka kematian dan kecacatan karena stroke," ujar Eka.
Diskusi, kata dia juga mencakup terapi paling mutakhir untuk stroke, seperti tatalaksana invasif dan non invasif, dan juga terapi endovaskular. Diskusi juga membahas inovasi bedah tumor otak tanpa pisau bedah yang dikembangkan Gamma Knife Center Indonesia, yakni Gamma Knife Surgery.
Terkait Gamma Knife Surgery, Eka menyayangkan karena pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) belum memberikan fasilitas tersebut. Padahal, metode bedah otak tersebut merupakan metode pengobatan tanpa operasi yang selama ini lumrah dilakukan. "Ini adalah metode pembedahan berbasis komputer," ujar Eka. Memang diakuinya biaya melakukan Gamma Knife Surgery masih terbilang mahal, yakni sekitar Rp 120 juta.
Selain berisi diskusi, konferensi tersebut juga berisi workshop untuk para peserta untuk melakukan //bypass//, salah satu metode pembedahan otak, menggunakan alat-alat simulasi. Selain itu juga terdapat workshop untuk terapi endovaskular, yakni pembedahan melalui jalur pembuluh darah.
Konferensi tersebut diikuti oleh sebanyak 262 orang dari 26 negara, di antaranya Amerika Serikat, Prancis, India, dan Jepang. Dari Indonesia, acara ini diikuti oleh empat universitas yakni Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Salah satu pakar bedah otak asal Amerika Serikat, Fernando Diaz, juga hadir dalam konferensi tersebut.