REPUBLIKA.CO.ID,JAMBI--Provinsi Jambi masih menunggu verifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan soal sekolah yang ditunjuk melaksanakan ujian online atau Computer Besit Test (CBT).
Kepala dinas Pendidikan Provinsi Jambi Rahmat Derita mengatakan, verifikasi yang dilakukan Puspendik dimaksudkan untuk menentukan layak atau tidaknya sekolah di Jambi mengikuti UN sistem CBT.
"Di Jambi ada sembilan sekolah yang ditunjuk melaksanakan UN CBT, di antaranya SMPN 1 Kota Jambi, SMPN 7 Kota Jambi, SMAN 1 Kota Jambi, SMKN 2 Kota Jambi, SMAN 3 dan SMKN 4 Kota Jambi. Tapi sekolah ini masih diverifikasi, belum tentu masuk," kata Rahmat, Jumat.
Menghadapi UN sistim CBT, katanya, perlengkapan sekolah, SDM siswa, operator dan proyektor juga sudah harus disiapkan. Apabila terjadi kesalahan harus ada yang menanganinya. Jika hasil verifikasi menyatakan sekolah yang ditunjuk tidak siap, maka UN dikembalikan ke LJK.
"Hasil verifikasi baru diketahui 16 Maret mendatang, saat ini verifikasi sudah dilakukan oleh tim Puspendik. Hanya saja belum sampai ke Provinsi Jambi. Kapan verifikasi di Jambi, kita belum tahu," ujarnya.
Dijelaskannya, hasil UN tahun ini tidak lagi menentukan kelulusan siswa, hasil UN diperhitungkan untuk siswa melanjutkan ke perguruan tinggi dengan nilai terendah 5,5. Bila nilai anak di bawah standar kelulusan, maka anak itu tidak bisa masuk perguruan tinggi, mereka diharuskan untuk mengulang tahun berikutnya.
Sistem ujian CBT katanya akan dijadikan tiga shift, satu komputer untuk tiga anak. UN CBT tidak seperti tes CPNS yang menggunakan sistem chat. CBT hanya berlaku di lingkungan sekolah.
"Namanya semi online, makanya dinamakan CBT. UN CBT lebih lama dibandingkan UN dengan LJK, CBT memakan waktu delapan hari. Hal itu dikarenakan ujian dilakukan secara bergantian," katanya.
Terkait dengan peralatan, Provinsi Jambi kata Rahmat siap untuk mengadakan UN CBT, namun yang dikhawatirkan saat ini adalah SDM dari siswa itu sendiri. Ke depan, Rahmad Derita akan mencoba membiasakan semua siswa menggunakan komputer.
Rahmad juga mengatakan, tahun ini naskah UN LJK dicetak di Jakarta dan Lampung. Dinas Pendidikan telah mencoba untuk mencetak naskah ujian di Jambi, tapi tidak ada yang mampu.
Selain itu, pengawasan UN tahun ini juga berbeda, biasanya UN selalu diawasi oleh perguruan tinggi dan kepolisian. Tahun ini, pengawasan hanya dilakukan oleh guru.
"Tidak ada efeknya menggunakan dan memanfaatkan perguruan tinggi. Yang ada siswa jadi takut, LPMP yang biasanya juga melakukan pengawasan, tahun ini hanya pemantau saja," katanya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Kota Jambi, Nanang Sunarya, ketika dihubungi, Jumat, mengatakan, SMPN 1 Kota Jambi sudah 'mengapred bandwith' dari setengah mega menjadi tiga mega, yang belum kelar adalah masalah peralatan. Namun berdasarkan surat dari Jakarta, peralatan bisa menggunakan laptop.
"Server juga menjadi kendala, untuk itu kita sedang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi. Pak Kadis juga masih menunggu hasil verifikasi dari Jakarta. Nanti kita juga harus menyiapkan tenaga operator sebanyak tiga orang. Soal SDM, siswa SMPN 1 sudah siap asal diberi pelatihan cara penggunaannya terlebih dahulu. Anak-anak pun juga sudah terbiasa menggunakan computer," kata Nanang.