REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pendidikan harus peduli pada kesejahteraan akal budi, emosi, spiritual, dan fisik seseorang, kata peneliti Association for Living Values Education, Hong Kong, Christopher Drake.
"Inti dari konsep pendidikan tersebut adalah memandang seseorang sebagai manusia utuh yang berpikir, merasa, menilai, berbeda secara budaya tetapi juga bagian dari satu keluarga dunia," katanya di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (6/5).
Pada "3rd International Conference On Educational Research and Innovation (ICERI) 2015", ia mengatakan pendidikan nilai bukan sekadar mata pelajaran dalam kurikulum, tetapi yang terutama adalah pedagogi. "Pedagogi adalah falsafah pendidikan dan cara yang mengilhami serta mengembangkan nilai-nilai positif di dalam kelas," katanya.
Menurut dia, pengajaran berdasarkan nilai-nilai dan refleksi terpandu mendukung proses pembelajaran sebagai sebuah proses pemberian makna, memberi kontribusi bagi pengembangan cara berpikir kritis, imajinasi, pemahaman, kesadaran diri, keterampilan intrapersonal dan interpersonal serta mempertimbangkan orang lain.
"Agar memungkinkan adanya suasana belajar yang berdasarkan nilai, para pendidik tidak hanya diharapkan memiliki latar belakang pendidikan pengajar yang berkualitas dan pengembangan diri dalam hal profesi secara terus menerus, mereka juga butuh dianggap bernilai, dirawat dan dipedulikan di dalam lingkup masyarakat belajar," katanya.