REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wacana sekolah lima hari yang dilemparkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo perlu kajian lebih mendalam. Khususnya terkait dengan empat hak anak. Meskipun dalam penerapannya bakal dilaksanakan di sekolah jenjang SMA, pendidikan yang diberikan semestinya tak lagi membebani waktu belajar siswa.
“Karena bakal ada pemadatan jam sekolah hingga sore hari,” tegas Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Jawa Tengah, Sri Kusuma Astuti dalam focuss group discussion bersama Jaringan Jurnalis Perempuan (JJP) Jawa Tengah, Senin (18/5).
Menurut Astuti, sekolah lima hari ini merupakan piloting project kepada 70 sekolah SMA/SMK se-Jawa Tengah. Namun ia menyarankan agar implementasinya tetap mengarah pada sekolah ramah anak.
Sebab anak wajib mendapatkan empat hak dasarnya. Yakni hak tumbuh kembang, hak partisipasi, hak hidup dan hak untuk mendapatkan perlindungan. “Jangan sampai jam sekolah sudah dipadatkan sampai sore, lalu Sabtu yang seharusnya libur justru masih untuk les pelajaran,” tegasnya.
Menurut Astuti, hal ini tidak benar karena tetap akan membebani anak. Bahkan sudah semestinya orang tua juga harus siap dalam menerima jika kebijakan baru ini diterapkan.
Sebaliknya, bagi orang tua dari kalangan ekonomi bawah. Kebijakan ini juga jangan sampai membuat anak malah diperbantukan untuk mencari nafkah. “Oleh karena itu kebijakan ini harus dikaji lebih komperehensif agar sistim baru tidak memberatkan anak dalam mendapatkan pendidikan di sekolah formal,” tambahnya.
Praktisi sekaligus pengamat pendidikan dari Sekolah Alam Aridho, Mia Inayati Rahmaniya mengatakan, penerapan sekolah lima hari dengan kurikulum yang ramah anak, justru membuat anak betah di sekolah.
Sebab itulah, kualitas waktu pertemuan anak dengan orang tua perlu menjadikan pertimbangkan, agar pendidikan dalam keluarga bisa berjalan optimal. “Jangan sampai sistem baru ini menjadi bumerang bagi orang tua yang telah memberikan gadget pada si anak,” tegasnya.
Menurut Mia, dengan hal tersebut, kualitas pertemuan anak dengan orang tua bisa dilaksanakan dengan baik. Hanya saja, orang tua pun ketika di rumah harus intens menjaga anak dari hal-hal yang rawan.