REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Praktisi Pendidikan dari Global Islamic School (GIS) Itje Chodijah mengaku sangat menyayangkan peristiwa terbunuhnya siswa SD karena tindakan bullying.
“Hingga usia 12 tahun, anak masih perlu bimbingan untuk bisa membedakan mana yang benar dan salah,” ungkap Itje, Ahad (20/9).
Selain pencerahan pada anak, orangtua juga harus bisa mencontohkan perilaku yang baik. Penyebabnya, karena anak-anak pada usia itu masih asal mengikuti apa yang dilihat.
Itje mengatakan hal tersebut terkait kasus dugaan kekerasan seorang murid Sekolah Dasar (SD) berinisial R (8 tahun) terhadap teman sekelasnya, AN hingga meninggal dunia saat kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 02 Pagi Kebayoran Lama Utara,Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Itje berpendapat, hal ini bukan menjadi tugas guru saja untuk memberikan perhatian pada anak. Munculnya sikap bullying, ujarnya, bisa dari pola didik orangtua maupun lingkungan termasuk tontonan anak pada televisi.
Pada pola pendidikan orangtua, Itje mengungkapkan, kesibukan merupakan salah satu penyebab kurangnya asuhan anak. Para orangtua harus bisa menyediakan waktunya walau sedikit untuk berdisksui tentang mana yang benar dan salah.
Sikap ini perlu dilakukan karena anak belum memiliki pengetahuan untuk membedakan sikap benar dan salah.
Selain perilaku orangtua, Itje mengatakan, aksi bullying pada program televisi juga memiliki pengaruh pada pembentukan perilaku anak. Para orangtua harus bisa melakukan pembimbingan dan pengawasan ketika anak menyaksikan program yang tidak tepat.
Itje menyebut terdapat program-program televisi yang selalu menunjukan perilaku mengejek lawan mainnya. Pelaku program itu mungkin hanya berniat untuk melucu. Namun, ia berpendapat, perilaku itu justru bisa mempengaruhi sikap negatif pada anak.
Menurut Itje, orangtua juga harus mengawasi game-game yang selalu dimainkan anak. Ini perlu dilakukan karena aplikasi itu bisa mempengaruhi perilaku anak. Apalagi, kata dia, permainan yang menyuguhkan kekerasan.