REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta, Jabar, menginstruksikan setiap sekolah menengah atas (SMA) untuk menyediakan kelas khusus bagi pelajar yang merokok. Kelas ini, merupakan ruang isolasi sekaligus rehabilitasi. Pasalnya, kalau tidak dipisahkan, khawatir para pelajar ini akan menebarkan 'virus' kebiasaan merokok ke teman-temannya.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, para pelajar yang aktif merokok ini merupakan pembawa 'virus'. Jadi, mereka harus dipisahkan. Karena itu, setiap sekolah harus menyediakan kelas khusus. Pelajar yang aktif merokok, akan disatukan dalam satu ruangan. "Mereka akan mudah terpantau kalau disatukan dalam ruang kelas yang sama," ujar Dedi, di sela-sela pemeriksaan pelajar di SMAN 2 Purwakarta, Selasa (29/9).
Menurut Dedi, saat ini Satgas bersama tim medis dari Dinkes, sedang gencar melakukan pemeriksaan ke sekolah-sekolah. Seluruh pelajar diperiksa gigi dan mulutnya. Dari pemeriksaan ini, akan diketahui siapa saja yang merokok.
Data dari dokter gigi itu, lanjutnya, akan jadi rujukan buat sekolah untuk memisahkan mereka. Nantinya, mereka akan dipisahkan berdasarkan kelas dan jurusan. Misalkan, pelajar jurusan IPA akan diisolasi di kelas khusus anak-anak IPA. Begitu pula dengan anak IPS.
Pemeriksaan gigi dan mulut ini, ditargetkan selesai pada pertengahan Oktober. Bila dokter gigi dari Dinkes kurang, pihaknya akan menggandeng mahasiswa kedokteran gigi dari perguruan tinggi terkemuka di Bandung. Supaya, pemeriksaan ini selesai pertengahan bulan depan. Setelah pemeriksaan, anak-anak yang kecanduan rokok akan dipisahkan. Mereka, akan terus diawasi perkembangannya setiap bulan. Sampai mereka benar-benar sembuh dari kecanduan merokoknya.
Selama tak bisa berhenti merokok, anak-anak ini akan terus sekolah di ruang kelas khusus itu. Bahkan, bila sampai April 2016 mereka tetap membandel, ancamannya tak akan naik kelas atau dikeluarkan dari sekolahnya.