Selasa 09 Aug 2016 14:11 WIB

Ini Saran LPA Indonesia untuk Program Full Day School

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Andi Nur Aminah
Anak belajar di sekolah
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Anak belajar di sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Perlindungan anak (LPA) Indonesia menilai gagasan full day school atau sekolah sehari penuh memiliki niat baik. Meski begitu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika gagasan tersebut jadi diimplementasikan.

"Muatan full day school sepatutnya tidak memberikan beban kognitif tambahan yang akan memperletih siswa, baik secara fisik maupun psikis," ujar Ketua Bidang Sumber Daya LPA Indonesia Henny Rusmiati dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (9/8).

Sekolah sehari penuh dia mengatakan bukan merupakan penguatan akademis. Melainkan wadah bagi siswa untuk menjadi insan-insan unggul paripurna. Penilaian berbentuk pemeringkatan antarsiswa harus dihindari.

Henny menyebut kegiatan sekolah sehari penuh sebaiknya tidak memunculkan beban pembiayaan ekstra bagi siswa. Itu artinya, jika pemerintah menjadikan sekolah seharian sebagai program wajib, maka pemerintah harus memastikan kesiapan anggaran untuk itu.

Alih-alih memberikan PR kepada siswa, sekolah sehari penuh perlu memberikan penugasan kepada orangtua siswa. "Penugasan itulah yang akan mengondisikan orang tua untuk tetap mengoptimalkan peran pengasuhan pada setiap kesempatan (sesempit apapun) mereka berinteraksi dengan anak-anak," ujar Henny.

Ini sekaligus merupakan jawaban atas kerisauan sebagian kalangan akan ternihilkannya peran orang tua akibat sekolah sehari penuh ini. Menurut dia, sekolah sehari penuh juga hendaknya difungsikan sebagai wadah ekstra bagi terpenuhinya hak-hak anak secara keseluruhan. Termasuk di dalamnya, antara lain, penyediaan menu sehat, pemeriksaan kesehatan dan kelengkapan imunisasi, peningkatan iman dan takwa, serta penyelenggaraan hiburan ramah anak.

Untuk merealisasikannya, Kemendikbud perlu melibatkan kementerian dan lembaga terkait dalam proses penyusunan kurikulumnya. Sekolah seharian memberikan ruang keterlibatan seluas mungkin bagi masyarakat, utamanya untuk memastikan masuknya nilai kearifan lokal dalam materi pendidikannya. Demikian pula terkait pemantauan dan evaluasi, forum-forum masyarakat pendidikan berbasis sekolah-orangtua-masyarakat perlu digiatkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement