Senin 28 Nov 2016 21:34 WIB

Indonesia Dapat Kesempatan Pertama Pilih Artefak Museum Belanda

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Replika dipan beralaskan tikar dan meja kursi untuk mengaji yang biasa digunakan Pangeran Diponegoro selama menjalani tahanan hingga akhir hayatnya. Ruang tahanan ini berada di area benteng zaman kolonial Belanda yang kini dijadikan Museum Rootterdam,
Foto: Republika/ Maman Sudiaman
Replika dipan beralaskan tikar dan meja kursi untuk mengaji yang biasa digunakan Pangeran Diponegoro selama menjalani tahanan hingga akhir hayatnya. Ruang tahanan ini berada di area benteng zaman kolonial Belanda yang kini dijadikan Museum Rootterdam,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Belanda berniat mengembalikan 1.500 artefak koleksi Museum Nusantara di Kota Delf pada Indonesia. Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hilmar Farid menjelaskan, salah satu latar belakang pengembalian artefak tersebut, yakni karena Museum Nusantara ditutup.

Ia mengatakan, Indonesia mendapat kesempatan menjadi negara pertama untuk memilih barang atau benda yang ada di museum itu.

"Utamanya karena museumnya ditutup. Indonesia memang dapat kesempatan pertama untuk memilih barang atau benda yang akan dipulangkan. Jadi Pemerintah Belanda berikan kesempatan ke Indonesia untuk memilih," kata Hilmar kepada Republika.co.id, Senin (28/11).

Namun, Hilmar mengaku belum mendapat detail artefak yang akan dikembalikan. Sebab, teknis pengurusan dilimpahkan pada Museum Nasional.

Hilmar menjelaskan, artefak yang ada di Belanda, merupakan barang atau benda yang dibawa pegawai kolonial saat berada di Indonesia. "Mereka mengumpulkan banyak benda lalu dibawa pulang ke negerinya sebagian dari itu, mereka serahkan ke museum," ujar dia.

Sementara itu, Kepala Museum Nasional Intan Mardiana enggan berkomentar ihwal detail pengembalian 1.500 artefak tersebut. Pihaknya baru bertemu dengan Sekertaris Negara. Ia berencana melaporkan hasil pertemuan tersebut pada Dirjen Kebudayaan terlebih dahulu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement