REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kementerian Agama menyampaikan kekurangan guru agama di sekolah-sekolah umum Indonesia mencapai 21 ribu orang. Ini menjadi masalah dasar pendidikan agama Islam di berbagai sekolah saat ini.
Kepala Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 02 Denpasar, Mokhamad Nur Isro mengatakan sekolah yang dipimpinnya memang tidak berada di bawah Kementerian Agama, melainkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Akan tetapi, masalah kekurangan guru agama di sekolah umum menurutnya tak perlu sampai terjadi.
"Ada banyak alumnus perguruan tinggi Islam di berbagai daerah di Indonesia, khususnya dari Fakultas Tarbiyah. Penyebarannya saja yang belum merata," kata Nur Isro kepada Republika.co.id, Selasa (11/7).
Denpasar misalnya memiliki empat SD Muhammadiyah. Guru-guru Pendidikan Agama Islam di empat sekolah swasta Islam ini berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Pulau Jawa mengingat Perguruan Tinggi Agama Islam di Bali sangat terbatas. Bali saat ini hanya memiliki Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Denpasar yang beralamat di Jalan Angsoka Cargo Permai, Denpasar.
SD Muhammadiyah 02 Denpasar memiliki delapan orang guru agama untuk menaungi sekitar 830 murid di kelas. Nur Isro menambahkan Muslim di Bali secara kuantitatif memang kecil dari sisi jumlah, namun sekolah yang dipimpinnya tak pernah mengalami kekurangan guru agama, melainkan pernah mengalami over kapasitas.
"Guru agama yang berlebih diarahkan ke sekolah-sekolah yang masih membutuhkan tenaga guru agama," katanya.
Dia mengatakan pemberdayaan guru agama di berbagai daerah perlu ditingkatkan. Penyamaan visi misi dibutuhkan supaya kualitas guru Pendidikan Agama Islam, baru dan lama tetap sama dalam hal mutu. Seluruh upaya ini dilakukan secara berkesinambungan.