Rabu 16 May 2018 18:42 WIB

Guru Diingatkan Intens Berkomunikasi dengan Siswa

Risma mengingatkan komunikasi harus dibangun antara guru dan anak didik.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (tengah) meninjau di lokasi ledakan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (tengah) meninjau di lokasi ledakan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus mengeluarkan imbauan dalam upaya pengamanan setelah terjadinya rentetan teror bom pada Ahad (13/5) dan Senin (14/5). Kali ini, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan komunikasi dan koordinasi bersama kepala sekolah SD/MI negeri dan swasta, SMP/MTs negeri dan swatsa, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), madrasah diniyah, dan pondok Pesantren, se-Surabaya.

Dalam pertemuan tersebut, Risma meminta kepala sekolah untuk berkomunikasi dengan wali kelas agar mampu mendeteksi anak-anak yang mengalami perilaku aneh ketika berbicara. Risma meyakini hal Itu mampu menjadi informasi yang baik untuk ditindaklanjuti.

“Para guru tolong konsen dan deteksi ketika mendengar ucapan yang tidak biasa dilontarkan anak-anak,” kata Risma di Gedung Convention Hall Arief Rahman Hakim, Surabaya, Rabu,(16/5).

Risma menganggap, kepala sekolah dan para guru sangat penting untuk berkomunikasi dalam memperhatikan tutur kata, dan perilaku siswa-siswinya. Ketika ada cara atau gaya berkomunikasi anak-anak yang cenderung mengalami perubahan secara mendadak, kepala sekolah dan para guru akan mampu mendeteksi.

“Ini memang berat, tetapi komunikasi harus dibangun antara guru dan anak agar tidak kecolongan lagi,” ujar Risma.  

photo
Petugas menderek mobil terdampak ledakan di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5). (Antara)

Agar imbauan ini dapat diterapkan, Risma meminta seluruh guru bimbingan konseling (BK) dan agama untuk lebih aktif berinteraksi, terutama pada jam-jam istirahat terhadap anak-anak. Sebab, lanjut Risma, guru agama memiliki peran penting untuk mengembangkan perilaku dan pola pikir anak dalam hal keagamaan.

Selain itu, para guru diminta untuk menjelaskan secara detail kepada anak-anak bahwa Pancasila dan semua agama menyelipkan poin toleransi antarumat manusia, serta hubungan antarmanusia dan pencipta. Menurutnya, itu harus diajarkan dan ditanamkan agar mereka mengerti terkait toleransi.

Risma menekankan, hal serupa juga penting diterapkan kepada anak-anak yang bersekolah di pondok pesantren. Dia berharap agar anak-anak dipantau baik saat di pondok pesantren maupun di rumah. 

“Semua elemen harus bergerak dan bersinergi membangun komunikasi tanpa terkecuali," kata Risma. 

Tidak hanya mendeteksi dan memantau perilaku anak, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga meminta para guru dan kepala sekolah untuk mengimbau anak-anak agar tidak mem-bully temannya yang terkena bom atau masuk dalam lingkaran teroris. Risma tidak ingin anak-anak tersebut mengalami trauma, dam berharap kondisinya bisa benar-benar stabil.

photo
Personel Sat Brimob Polda Jatim melakukan penyisiran di areal lokasi ledakan Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (13/5). (Antara)

Untuk mengantisipasi agar anak-anak tidak trauma, Risma juga menyediakan wadah trauma center bagi korban bom maupun yang berada di lingkaran teroris, khususnya anak-anak. Saat ini, dia telah berkoordinasi bersama dengan jemaat gereja, OPD terkait, dan profesi himpunan psikologi klinis dan sekolah.

“Metode pendampingan satu anak akan didampingi satu psikolog baik ketika di rumah sakit, di rumah maupun di sekolah,” ujar Risma.

Para guru juga diminta memperhatikan dan melaporkan anak yang secara tiba-tiba tidak sekolah. Risma juga menyatakan akan membuat software  sederhana untuk memasukkan nama anak-anak yang tidak sekolah agar terdata dengan baik. 

“Segera saya koordinasikan dengan Pak Ikhsan (Kadinas Pendidikan Kota Surabaya),” ujar Risma.

Terobosan untuk membuat software guna menampung anak-anak yang tidak sekolah direspons positif Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ikhsan. Menurutnya, sesuai arahan wali kota, hal ini akan didalami jika terdapat anak yang dalam kurun waktu 1 hari tidak masuk sekolah.

"Nantinya ada program yang mampu mendeteksi suasana hati anak ketika datang ke sekolah. Apakah anak tersebut sedih atau senang, nanti ada alat pendeteksi semacam itu dibantu guru BK dan wali kelas,” ujar Ikhsan.

photo
Seorang suporter menyalakan lilin saat aksi solidaritas terkait aksi tragedi teror bom di Surabaya dan Siduarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5). (Republika/Mahmud Muhyidin)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement