Selasa 20 Nov 2018 13:23 WIB

Bahasa Indonesia di Badan Publik Dirasa Kurang Memadai

Balai Bahasa DIY dan Pemkab Sleman menggelar penyuluhan penggunaan bahasa Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andri Saubani
Sejumlah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)  Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan gelar aksi simpatik peduli  penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Foto: UMM
Sejumlah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan gelar aksi simpatik peduli penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kondisi penggunaan bahasa Indonesia di badan publik, media massa dan media luar ruang dirasa masih kurang memadai. Karenanya, Balai Bahasa DIY dan Pemkab Sleman menggelar penyuluhan penggunaan bahasa Indonesia.

Kemajuan teknologi memang telah membantu badan-badan publik mempublikasikan program mereka. Sayangnya, penggunaan bahasa Indonesia di badan-badan publik dirasa masih kurang memadai.

Kondisi lebih parah terjadi di media massa dan media luar ruang. Kepala Balai Bahasa DIY, Pardi Suratno mengatakan, penggunaan bahasa di badan publik, media massa dan media luar ruang merupakan wajah penggunaan bahasa.

"Kalau bahasa negara kita tidak berwibawa di tiga ranah itu, artinya identitas keindonesiaan kita masih disanksikan," kata Pardi saat mengisi Penyuluhan Penggunaan Bahasa Indonesia di Setda Sleman, Senin (19/11).

Ia menerangkan, penyuluhan bahasa Indonesia bagi badan publik difokuskan kepada penggunaan bahasa laporan dinas. Penyuluhan bahasa Indonesia bagi media massa fokus kepada penggunaan bahasa laman instansi pemerintah.

Sedangkan, penyuluhan bahasa Indonesia bagi media luar ruang difokuskan kepada penggunaan bahasa papan petunjuk obyek wisata. Senada, Sekda Kabupaten Sleman, Sumadi menuturkan, ini jadi usaha meluruskan dan membudayakan bahasa Indonesia.

Sekaligus, lanjut Sumadi, mengingatkan lagi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa dan bahasa resmi dalam berbagai bidang. Termasuk bidang pemerintahan, dunia kerja dan dunia pendidikan.

Pemkab Sleman harus memahami posisinya sebagai pihak yang menjadi rujukan dan teladan masyarakat. Sehingga, aparatur negara memiliki tugas dan kewajiban untuk menjadi penutur bahasa Indonesia.

Pemkab Sleman sendiri telah menerbitkan dua regulasi. Ada Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2012 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemkab Sleman, dan Peraturan Bupati Nomor 12.1 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Reklami.

"Perbup tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam membudayakan penggunaan bahasa Indonesia," ujar Sumadi.

Kedua produk hukum itu diharapkan mampu meredam penyalahgunaan bahasa Indonesia khususnya di bidang pemerintahan dan media luar ruang. Terlebih, belakangan ini perkembangan media luar ruang sudah mulai mengganggu.

Kondisi itu memiliki sejumlah pengertian seperti menganggu langsung kenyamanan masyarakat maupun mengganggu karena menjadi sampah visual. Karenanya, kegiatan penyuluhan penggunaan bahasa Indonesia harus diapresiasi.

Penyuluhan diharapkan mampu memberikan arahan bagi para produsen media massa dan media luar ruang. Sehingga, menghasilkan keluaran yang mendidik dan mengokohkan bahasa Indonesia sebagia bahasa nasional.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement