REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan bahasa Indonesia tidak lepas dari pengaruh bahasa Arab. Pengaruh tersebut tidak hanya terdapat di aspek leksikal, tapi juga morfologi dan sintaksis. Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia memperkirakan ada tak kurang dari tiga ribu peristilahan Melayu yang berasal dari bahasa Arab dan Arab-Parsi.
Sementara, Russel Jones dalam Loan-Words in Indonesian and Malay mencatat, dari sepuluh bahasa donor terbesar terhadap bahasa Melayu-Indonesia, bahasa Arab menduduki tempat kedua setelah Sansekerta, disusul oleh bahasa Persia dan Hindi secara berturut-turut.
Bahasa Arab telah berumur panjang di bumi Nusantara. Guru Besar Universitas Padjajaran, Prof Tajudin Nur dalam "Sumbangan Bahasa Arab terhadap Bahasa Indonesia dalam Perspektif Pengembangan Bahasa dan Budaya" (terbit dalam Jurnal Humaniora 2014) menjelaskan, bahasa Arab masuk ke Nusantara seiring dengan masuknya agama Islam pada abad ke-7 M lewat para pedagang Muslim, serta perkembangan Islam mulai abad ke-11 dan 12M.
Artinya, sudah lebih dari sepuluh abad bahasa Arab turut membentuk alam kebudayaan Indonesia. Selain penyerapan kosakata, pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa Melayu memunculkan satu bentuk kreatif sistem tulisan yang dikenal dengan huruf Jawi. Berkat para ulama pula, bahasa Melayu mencapai taraf yang tinggi sebagai bahasa pengkajian ilmiah.
Guru Besar UGM, Prof Syamsul Hadi dalam “Bahasa Arab dan Khazanah Sastra Keagamaan di Indonesia” Jurnal Humaniora No II/1995, menambahkan, bahasa Arab telah menjadi bagian dari ekspresi kebudayaan dan peribadatan umat Islam di Nusantara.
Nama-nama hari dalam bahasa Indonesia meminjam kosakata bahasa Arab. Ada pula nama perabotan seperti kursi. Dalam istilah keagamaan, dikenal istilah Ilahi, syahadat, shalat, zakat, haji, rukun, syarat, doa, wahyu, sunah, makruh, halal, haram, mubazir, azan, amal, hidayah, sabar, tawakal, dan sebagainya.
Bahasa ini berperan memperkaya khazanah perbendaharaan kata bahasa Indonesia, baik di bidang agama, sastra, filsafat, hukum, politik, dan ilmu pengetahuan.
Kosakata Arab tersebut diserap dalam bahasa Melayu yang kemudian menjadi lingua franca dan bahasa nasional Indonesia. Dalam penyerapan itu, turut masuk ide atau konsep-konsep Islam mewarnai kondisi sosial politik, ekonomi, budaya, dan sistem ketatanegaraan Indonesia.
Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam Sejarah dan Kebudayaan Islam Dalam Bahasa Melayu, menyebut penyerapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ini sebagai proses islamisasi bahasa. Yang diserap ke dalam bahasa Melayu tidak hanya kosakata teknis, tetapi juga konsep atau kata kunci dalam Islam.
Islamisasi bahasa membawakan kata-kata penting Arab Qurani dalam semua bahasa-bahasa Islam, yang memancarkan pandangan alam Islam, serta menyatukan dasar-dasar akidah, akhlak, dan perundangan mereka.
Contohnya, istilah Allah, nabi, rasul, ilmu zikir, fikir, hikmah, malaikat, dunia, akhirat, kalam, kertas, dakwah, adil, akhlak, dan hukum. Bahkan, kata al-Attas, proses islamisasi bahasa ini di tempat tertentu bisa melahirkan bahasa yang dahulunya belum ada seperti bahasa Urdu yang sekarang menjadi bahasa resmi Pakistan.