REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era perdagangan bebas atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MAE) sudah di depan mata. Bagi lembaga pendidikan LP3I, MAE menjadi memontum strategis untuk mengawal kemajuan LP3I.
Pendiri LP3I Syahrial Yusuf mengungkapkan masuknya MAE berarti masuknya era globalisasi. Era persaingan mutu atau kualitas.
“Saat tantangan global sudah menjadi keniscayaan yang tak terelakkan, di situlah banyak kalangan memandang pendidikan vokasi sebagai centre of excellence diharapkan makin menunjukkan fungsi sebagai pencetak sumberdaya manusia (SDM) berkualitas baik sebagai seorang Profesional maupun sebagai entrepreuner muda,” ujar Syahrial dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LP3I 2014.
Karena itu, Presiden Direktur LP3I Adriza, mengungkapkan Rakernas ini menjadi wadah penting menciptakan strategi memenangkan persaingan tersebut. Forum yang diikuti oleh seluruh unit bisnis LP3I, LP3I College, LP3I Politeknik, LCC, ASMI Citra Banjarmasin, AMIK Padang, STIAMI, STIA Banten, dan STIMIK Global ini juga bukan hanya mengatur bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan LP3I di kancah global. Tapi juga mengatur upaya nyata dalam meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia.
“Rakernas adalah kegiatan LP3I yang sangat penting bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan sinergi pusat dengan cabang yang berkualitas, guna mewujudkan visi dan misi LP3I. Sehingga diharapkan memperkokoh peran LP3I dalam membangun bangsa,” ujar Adriza.
Sebagaimana yang disebutkan Bank Dunia, Indonesia akan mengalami middle income trap. Dimana pendududk usia kerja diproyeksi meningkat secara signifikan dalam 10 tahun ke depan. Dan jika ini tidak diakomodasi dengan pendidikan kompetensi yang tepat sasaran tentu akan mempengaruhi angka pengangguran.
“Pada Mei 2014, Badan Pusat Statistik menyimpulkan adanya 260 ribu penduduk yang menganggur. Dan di 2020, Indonesia akan mengalami penambahan penduduk usia kerja sebanyak 14,8 juta jiwa," ujarnya.