Jumat 07 Sep 2018 17:34 WIB

BI: Penukaran Dolar AS Berhasil Perkuat Rupiah

BI mengapresiasi penguasaha yang menukarkan valuta asing miliknya.

Red: Nur Aini
Petugas menghitung pecahan dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta,Ahad (2/9).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung pecahan dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta,Ahad (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengapresiasi para pengusaha yang menukarkan valuta asing (valas) miliknya dengan rupiah dalam beberapa hari terakhir.

"Hari ini pergerakan pasokan dan permintaan terus berlangsung. Itu jadi bagian penting kenapa rupiah stabil," ujar Perry di Jakarta, Jumat (7/9).

Akibat hal itu, suplai atau pasokan di pasar valas menjadi bertambah sehingga permintaan dapat terpenuhi. Ketersediaan likuiditas dolar AS di pasar akhirnya membuat nilai mata uang rupiah terapresiasi dalam beberapa hari terakhir.

Pada Jumat siang di pasar spot, pukul 15.00 WIB, satu dolar AS setara dengan Rp 14.875. Level itu melemah tipis dibanding saat pembukaan perdagangan Jumat pagi ini di Rp 14.868. Meski menurun, rupiah sepanjang dua hari terakhir bergerak di zona penguatan, dan semakin menjauh dari level Rp 15 ribu per dolar AS.

Perry mengatakan nilai rupiah yang terbentuk saat ini, sudah lebih banyak dipengaruhi mekanisme pasar secara riil. Artinya, ada sinyalemen Bank Sentral mulai mengurangi intervensinya. Namun, Perry menekankan fokus Bank Sentral masih tetap mewaspadai gejolak nilai tukar dalam beberapa waktu ke depan.

"Terkait dengan keberadaan kami di pasar, bahwa mekanisme pasar juga semakin kuat. Sehingga membentuk pergerakkan kurs yg mencapai suplai dan permintaan di pasar," ujar dia.

Perry tidak menjawab dengan pasti apakah level rupiah saat ini masih berada di luar nilai fundamentalnya. Namun, dia mengatakan ruang penguatan bagi rupiah masih terbuka karena fundamental ekonomi Indonesia yang baik, seperti pertumbuhan ekonomi 5,27 persen di kuartal II 2018, pertumbuhan kredit yang melebihi 10 persen (yoy), dan rencana pemerintah unttuk mengurangi defisit transaksi berjalan.

"Dan saya yakini defisit transaksi berjalan juga akan turun. Hal itu akan mendukung langkah stabilitas," ujarnya.

Dia menilai langkah pemerintah untuk mengurangi defisit transaksi berjalan sudah sangat "konkret". Langkah itu seperti penaikkan Pajak Penghasilan sebanyak 1.147 Barang Impor, kebijakan penggunaan biodiesel berisi campuran solar dan minyak sawit mentah (B20), dan perluasan sektor pariwisata.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement