REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Crazy Rich Asians bercerita tentang kehidupan orang-orang super kaya di Singapura. Untuk menggambarkan kehidupan mewah tersebut dibutuhkan tim perancang produksi dan dekorator.
Adalah perancang produksi Nelson Coates dan dekorator set dan interior Andrew Baseman yang bertanggung jawab menciptakan sebuah set yang fantastis. Pengambilan gambar film dilakukan di Singapura dan juga Malaysia, lebih tepatnya di Kuala Lumpur dan Penang. Coates dikenal untuk desain barunya dalam film waralaba Fifty Shades dan Baseman yang pernah bekerja dalam set The Americans. Keduanya diberi tugas untuk membawakan tradisi, budaya, dan desain Singapura ke layar lebar.
Salah satu lokasi dalam cerita adalah Tyersall Park, yaitu kediaman nenek tokoh utama Nick Young dalam film. Ceritanya Tyersall Park berada di belakang rimbunnya Kebun Raya Singapura. Aslinya, Tyersall Park benar-benar ada di Singapura. Bangunan tersebut namun dimiliki oleh pemerintah.
Dalam area properti Tyersall sebenarnya terdapat dua rumah besar lain yang juga memukau. Akan tetapi, keadaan di dalam kedua rumah tersebut sangatlah tidak layak. Meskipun kedua bangunan yang terbengkalai tersebut secara arsitektur sesuai untuk menjadi bagian dari kediaman Young.
“(Dua kediaman tersebut) telah diambil alih oleh hutan. Selain itu juga terdapat banyak kotoran monyet,” kata Coates, dikutip dari laman Architectural Digest.
Coates juga mengatakan bahwa lantai dalam dua kediaman tersebut sudah hancur dan rumah-rumah tersebut sudah menjadi sarang kelelawar. Akan tetapi, hal tersebut rupanya dianggap sebagai sebuah tantangan. Maka dari itu Coates tetap menggunakan kedua rumah itu dan menyewa seorang seniman mural setempat untuk menghias bagian dalam rumah-rumah tersebut.
Kedua rumah yang memiliki gaya bangunan Peranakan merupakan sebuah campuran dari desain Eropa dan Asia berabad-abad lalu yang berasal dari Selat Singapura. Gaya Peranakan ini memberi inspirasi pada Coates dan Baseman untuk bagian interiornya.
Coates menjelaskan bahwa gaya Peranakan pada dasarnya berasal dari para imigran awal di Cina yang menikah dengan para anggota keluarga kaya. Baseman menambahkan bahwa gaya Peranakan adalah sebuah kombinasi yang unik dari Cina, Inggris, Malaysia, dan era Victoria. “Mungkin film ini merupakan film Hollywood pertama yang memakai gaya Peranakan,” kata Coates.
Kekayaan seni, arsitektur, dan rasa formalitas yang ditunjukkan dari gaya Peranakan yang luar biasa ini terbukti dalam banyak elemen desain set. Elemen-elemen tersebut adalah ornamentasi bunga dan hewan, mebel yang memiliki dekorasi dari mutiara, kursi yang divernis, ubin keramik yang mengkilap, daun jendela louver, dan hiasan dinding gaya William Morris.
Campuran budaya dan periode waktu ini dapat dilihat di menara apartemen kontemporer milik Astrid Leong (diperankan oleh Gemma Chan). Menurut Baseman, apartemen ini merupakan sebuah kombinasi antara gaya abad pertengahan dan gaya Skandinavia yang dilengkapi dengan aksesori kontemporer Asia.
“(Karakter) Astrid sangat mengagumkan, berkelas, dan selalu bepergian ke Paris. Jadi kami menginginkan sebuah apartemen kontemporer yang memiliki tampilan sangat chic,” kata Baseman.
Kemudian, menurut laman Hollywood Reporter, para desainer juga mengubah sebuah kapal peti kemas menjadi sebuah kapal pesiar yang sangat megah. Coates mengatakan, di Singapura terdapat banyak sekali kapal peti kemas. Maka dari itu untuk menghemat biaya produksi, ia lebih memilih untuk mentransormasi salah satu kapal tersebut daripada mengeluarkan biaya untuk menyewa kapal pesiar. Kapal peti kemas tampak pada adegan ketika Nick Young dan kawan-kawannya menggelar pesta bujangan untuk sahabat Nick, Colin Khoo.