Ahad 16 Sep 2018 22:41 WIB

Kiat Pemerintah Pulihkan Pariwisata NTB

Kemenpar membagi 4 klaster dalam proses pemulihan pariwisata di NTB

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Hazliansyah
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) meninjau dan menggelar rapat koordinasi pemulihan pariwisata pascabencana di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Ahad (16/9).
Foto: Dok Pemprov NTB
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) meninjau dan menggelar rapat koordinasi pemulihan pariwisata pascabencana di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Ahad (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Bencana gempa yang melanda Pulau Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB) berdampak cukup signifikan pada sektor kunjungan wisatawan. Pemerintah, khususnya Kementerian Pariwisata, telah menyiapkan beberapa langkah untuk pemulihan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, penurunan kunjungan wisatawan pada periode Juli hingga September terjadi di Lombok. Didata dari tiga pintu masuk wisman melalui Bandara International Lombok, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali, dan bandara-bandara lain di Indonesia.

"Ada potensi pariwisata nasional kehilangan wisatawan. Mungkin tidak besar di Lombok tetapi dirasakan di Bali. Dampak terbesar itu setelah gempa 5 Agustus 2018, terjadi cancel kunjungan," ujar Arief Yahya saat rapat koordinasi di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Ahad (16/9).

Secara rinci, Arief menjabarkan, dalam kondisi normal rata-rata wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk melalui Bandara Internasional Lombok sekira 430 wisman per hari atau sekira 13 ribu wisman per bulan. Pascagempa, jumlah kunjungan wisman merosot menjadi hanya 100 wisman per hari atau 3 ribu wisman per bulan. Ssehingga terjadi penurunan sebanyak 10 ribu wisman.

Juga dengan jumlah wisman di Bandara Ngurah Rai, Bali, di mana pada kondisi normal, rata-rata Wisman ke Bali tercatat sebanyak 22 ribu wisman per hari atau 660 ribu per bulan. Mengalami penurunan sebanyak 80 ribu wisman menjadi hanya 19.300 wisman per hari, atau 580 ribu wisman per bulan.

Sedangkan penurunan wisman yang datang ke Lombok melalui pintu bandara lain di Indonesia sekitar 10 ribu.

Arief menyebutkan, potensi kehilangan wisman dalam kurun waktu 1 bulan (6 Agustus-6 September 2018) sekitar 100 ribu wisman dengan dampak ekonomi sebesar 100 juta dolar AS dengan asumsi satu wisman mengeluarkan 1.000 dolar AS per kunjungan.

"Kerugian terbesar adalah rusaknya terumbu karang (di Gili) dan jalur pendakian Rinjani," lanjutnya.

Namun begitu, ia optimistis sektor pariwisata Lombok akan kembali pulih. Sejumlah upaya akan dilakukan Kemenpar, termasuk dengan pemetaan empat klaster yakni klaster tiga gili, klaster Senggigi, klaster Mataram, dan klaster Sembalun, Senaru, yang menjadi pintu utama jalur pendakian.

Arief mengatakan, proses pemulihan di klaster tersebut meliputi pembersihan puing, trauma healing, fogging, penilaian kelaikan bangunan hotel, dan perbaikan jalur pendakian di Gunung Rinjani.

Arief mengaku akan bersurat ke Menteri Perhubungan agar dilakukan penyediaan fasilitas pelabuhan Teluk Nara, dan dermaga lain. Dia juga mendorong sejumlah MICE digelar di Lombok.

"Target pemulihan paling lama tiga bulan. Kami bersyukur telah dilakukan branding Sail Samota kemarin untuk recovery yang bagus," katanya menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement