Selasa 18 Sep 2018 06:38 WIB

Kekeringan Landa Hingga 53 Dusun di Temanggung

Debit mata air dari lereng Gunung Sumbing mengecil.

Red: Nur Aini
Warga mengantre mendapatkan air bersih di tempat penyaluran air kawasan lembah Gunung Sindoro-Sumbing Desa Kledung, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (14/9).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Warga mengantre mendapatkan air bersih di tempat penyaluran air kawasan lembah Gunung Sindoro-Sumbing Desa Kledung, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Musim kemarau pada 2018 mengakibatkan krisis air bersih di 53 dusun di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Dusun tersebut tersebar pada 18 desa di sembilan wilayah kecamatan.

Pelaksana tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan desa terakhir yang meminta bantuan air bersih adalah Desa Kledung, Kecamatan Kledung, karena debit air dari sumber air yang ada mulai mengecil. Ia mengatakan BPBD mulai mendistribusikan air bersih ke daerah tersebut pada pekan lalu dan secara teratur akan memasok air bersih dua kali dalam seminggu.

Menurutnya, air bersih yang digunakan selama ini dari mata air di lereng Gunung Sumbing. Namun dalam beberapa waktu terakhir debit mata air mengecil yang membuat tidak semua rumah mendapat pasokan.

"Warga kini kesulitan air bersih dan meminta bantuan pada BPBD," katanya di Temanggung, Selasa (18/9).

Menurut dia, krisis air bersih ini bukan akibat kebakaran hutan dan lahan di Gunung Sumbing, tetapi memang faktor alam atau kemarau. Ia mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG, musim kemarau diperkirakan hingga Oktober 2018.

Ia mengatakan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari sejumlah BUMN/BUMD sangat berguna untuk memperpanjang bantuan. Jika nanti dana itu habis akan dilanjutkan dengan menggunakan dana APBD Perubahan 2018.

Ia mengimbau masyarakat untuk menghemat air yang diterima, dimanfaatkan untuk kebutuhan pokok seperti memasak dan air minum.

Warga Desa Kledung Rodiah mengatakan debit air berkurang dalam satu bulan terakhir. Awalnya air masih bisa mengalir sampai ke rumah-rumah warga, hingga kemudian hanya sebagian warga. "Agar ada keadilan pemerintah desa mematikan aliran ke seluruh rumah dan titik air hanya dialirkan di depan balai desa, mau tidak mau warga yang butuh air bersih harus antre untuk mengambilnya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement