REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konferensi internasional para akademisi Islam bertajuk "Annual International Conference on Islamic Studies" (AICIS) ke-18 yang berakhir di Palu, Rabu (19/9), menghasilkan lima poin rekomendasi.
AICIS kali ini merupakan forum akademisi perguruan tinggi keagamaan Islam negeri serta melibatkan akademisi luar negeri yang fokus membahas tentang radikalisme. Lima poin rekomendasi AICIS itu yakni pertama, terdapat kebutuhan untuk meninjau beberapa perspektif lama dalam studi Islam dan masyarakatnya.
Kedua, perspektif terbaru studi Islam perlu menilik kembali akar sejarahnya dalam membangun model Islam moderat sebagaimana yang ada di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara.
Ketiga, sikap intoleransi saat ini terwujud dalam berbagai bentuk yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor ideologis maupun instrumen lain yang semuanya memerlukan respon dan strategi lanjutan sehingga diperlukan koeksistensi untuk membangun toleransi dan perdamaian melalui berbagai program dan aksi yang relevan.
Keempat, pemahaman yang signifikan tentang radikalisme di kalangan muda akan melahirkan kemungkinan strategi dan jalan keluar yang terpadu serta langkah-langkah yang komprehensif untuk memutus rantai radikalisme dan terorisme.
Kelima, langkah-langkah dalam bidang ekonomi, budaya, dan pendekatan sosial harus segera diambil untuk mengikis pengaruh radikalisme dan terorisme selain pendekatan ideologi dan deradikalisasi.
AICIS di selenggarakan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, 17-19 September 2018, dengan tema 'Islam in a globalizing word: text, knowledge and practice.' AICIS resmi ditutup pada Rabu 19/9 oleh Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu Prof Dr H Sagaf Pettalongi, M.Pd.