REPUBLIKA.CO.ID, Keindahan terumbu karang di Kepulauan Seribu yang dulu sangat eksotis, kini dalam ancaman. Adalah proyek-proyek besar yang digarap Pemprov DKI, diduga menjadi penyebabnya. Sejauh ini, terumbu karang dengan kerusakan terparah terjadi di Pulau Panjang. Bila kawasan terumbu karang ini tidak dikelola dengan baik, maka tak mustahil akan terjadi kerusakan yang sangat parah.
Adalah proyek breakwater yang dilakukan oleh Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kepulauan Seribu, yang banyak dikritik sejumlah kalangan. Salah satunya, Ketua KNPI Kepulauan Seribu, Didi Setiadi yang mengaku kecewa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh SDA Kepulauan Seribu.
“Proyek puluhan miliar rupiah itu nggak sesuai dengan janji kampanye Anies kemarin. Ini proyek gagal. Minim manfaat dan proyek turunan reklamasi teluk Jakarta,” kata Didi di Pulau Tidung, Kepulaun Seribu, seperti disampaikan kepada Republik.co.id, belum lama ini.
Tumpukan sampah yang dibendung warga Pulau Panggang, Kabupaten Kepulauan Seribu.
Betapa tidak, selain tak sesuai dengan janji saat kampanye kemarin, proyek ini telah membunuh karang-karang di dasar laut. Pasalnya, pengerjaan proyeknya asal-asalan sehingga terjadi penurunan material ke dasar laut bikin rusak karang. "Saya memiliki foto underwater. Karang rusak. Kalau karang rusak, lalu apa yang tersisa?,” kata Didi.
Didi mengaku heran proyek merusak lingkungan seperti ini bisa lewat dari pengawasan tim Anies. “Kan Pak Gubernur sudah bikin Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) pengelolaan pesisir dan kepulauan seribu. Masa yang beginian, yang merusak lingkungan dan nggak sesuai janji kampanye lewat juga dari pengawasan,” sesalnya.
Pihaknya pun menilai, Tim TGUPP ini tak ada manfaat sama sekali. “Ini kerja mereka apa? Mereka cuma numpang nama atau ada orangnya tapi tak paham masalah pulau?” lanjut Didi.
Didi menjelaskan, proyek betonisasi tersebut tak perlu dilakukan. Pasalnya, setiap pulau sudah dibuat jalan lingkar yang fungsinya juga untuk menghambat abrasi air laut.
Apalagi, jalan lingkar yang mengelilingi pulau sudah cukup untuk menghambat abrasi. "Terus mau dibeton lagi? Percuma. Buang-buang uang,” katanya.
Proyek senilai Rp 87,3 miliar ini akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk kebutuhan mendesak warga pulau. “Ketersediaan air bersih itu masih menjadi persoalan masyarakat pulau. Beberapa pulau, air konsumsi terasa asin. Lalu, soal peningkatakan pelayanan pariwisata juga menjadi kebutuhan mendesak ketimbang menenggelamkan beton ke laut,” ujarnya.
Proyek yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 87,3 miliar tersebut sangat tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Kepulauan Seribu. Apalagi, masih ada yang lebih penting daripada sekedar betonisasi pantai yang jelas-jelas merusak karang di Kepulauan Seribu.
Didi menjelaskan, masyarakat Kepulauan Seribu saat ini lebih membutuhkan ketersediaan air bersih untuk konsumsi dan peningkatan fasilitas pariwisata. “Coba rasakan air-air di pulau padat penghuni. Seperti Pulau Panggang, air disana sudah asin. Tidak layak dikonsumsi oleh masyakarat,” ucapnya.
Karena itu, proyek ini sudah selayaknya dihentikan. Selain tak sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kepulauan Seribu, proyek ini dinilai sebagai proyek pengrusakan terumbu karang.
“Terumbu karang hancur akibat penurunan material beton yang asal-asalan. Lalu kalau semuanya dibeton, apa yang bisa dijual dari pariwisata pulau?,” tandasnya.
Padahal, Kepulauan Seribu merupakan salah satudari sepuluh destinasi prioritas pariwisata di Tanah Air. Kesepuluh destinasi itu adalah Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Bangka Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Borobudur di Joglosemar, Bromo-Tengger-Semeru Jawa Timur, Mandalika di Lombok, Komodo-Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Morotai Maltara.
Kritikan menyangkut proyek tersebut juga dilontarkan juru bicara Kaukus Masyarakat Pulau Seribu Tolak Reklamasi, Soleh. Dia menegaskan, proyek turunan reklamasi itu seperti proyek break water (pemecah ombak) yang bernilai puluhan miliar rupiah itu, sangat merugikan masyarakat. Proyek itu antara lain dikerjakan di beberapa pulau di Kepulauan Seribu.
"Dampaknya, terumbu karang hancur. Padang lamun binasa. Mangrove pun tak tersisa. Hentikan saja proyek ini, tak bermanfaat dan tak sesuai janji kampanye Pak Anies kemarin,” kata Soleh di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta, dalam keterangannya yang disampaikan kepada Republika.co.id.