Sabtu 22 Sep 2018 17:14 WIB

Dedi Mulyadi Siap Pimpin Demo Tenaga Honorer ke Jakarta

Batasan usia telah memupuskan harapannya untuk ikut tes CPNS.

Rep: Ita Nina Winarsih/Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi menyatakan diri siap memimpin demo tenaga honorer di Jakarta. Demo tersebut, berisi tuntutan agar tenaga honorer diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa tes.
Foto: ita nina winarsih/republika
Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi menyatakan diri siap memimpin demo tenaga honorer di Jakarta. Demo tersebut, berisi tuntutan agar tenaga honorer diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa tes.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi menyatakan diri siap memimpin demo tenaga honorer di Jakarta. Demo tersebut, berisi tuntutan agar tenaga honorer diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa tes. 

Hal itu, ditegaskan mantan Bupati Purwakarta tersebut di hadapan para tenaga honorer di Purwakarta. Para tenaga honorer ini,  tergabung dalam Forum Honorer Kategori 2 Indonesia atau FHK2I. 

Dedi bersama FHK2I menggelar aksi unjuk rasa di depan Kampus Universitas Pendidikan Indonesia  (UPI) Purwakarta, di Jalan Veteran, Kelurahan Nageri Kaler, Purwakarta, Sabtu (22/9). Kehadiran Dedi ini semakin membakar semangat para honorer itu untuk terus menyuarakan aspirasinya.

"Saya siap memimpin demo tenaga honorer di Jakarta. Mereka sudah lama mengabdi. Orang yang sudah lama mengabdi ngapain harus ikut tes CPNS, harusnya langsung diangkat," ujar Dedi, kepada Republika,co.id.

Menurut Dedi, kriteria masa bakti dan pengalaman tenaga honorer dalam bekerja harus menjadi pertimbangan. "Lihat masa baktinya selama bekerja. Kasihan mereka, perjuangan dari awal dengan honor kecil tidak dihargai sampai sekarang," katanya.

Batasan usia 35 tahun yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri PAN-RB No 36/ 2018, menurutnya tidak relevan. Hal ini, berimplikasi terhadap terabaikannya tenaga honor yang berada di atas usia tersebut. 

Padahal mayoritas, honorer di Indonesia ini usianya di atas 35 tahun. Artinya, sebenarnya kalau diangkat, sangat menguntungkan negara. Karena, dari sisi SDM mereka sudah memadai. Masa kerjanya pun menjadi lebih pendek. Sebab, kmenuju pensiunnya sudah dekat.

"Sudah saatnya negara memerhatikan para honorer yang telah mengabdi puluhan tahun ini," ujar Dedi.

Salah seorang guru honorer, Hulusi (35 tahun), mengapreasiasi atas perhatian dari mantan bupati tersebut. Bahkan, orasi yang dilontarkan Dedi, mewakili jeritan hati para honorer ini.

"Jelas saya setuju atas apa yang disampaikan Kang Dedi. Itu aspirasi kami selama ini. Itu jeritan hati kami. Saya sudah 10 tahun mengabdi, rekan saya sudah ada yang 20 tahun. Seharusnya kami mendapatkan prioritas menjadi ASN," ujarnya.

Honorer lainnya, Rizki Aditya (37), mengatakan, batasan usia telah memupuskan harapannya untuk ikut tes CPNS. Terlebih, jika ikut tes pun kemungkinan lulusnya sangat kecil karena harus bersaing dengan ratusan ribu pelamar yang usianya masih muda.

"Kami ingin, ada kebijaksanaan dari pemerintah soal batasan usia. Sebab, banyak honorer yang usianya di atas 35 tahun," ujarnya.  

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement