REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar tentang personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) melindungi mahasiswa dari kejaran polisi dalam aksi demo di DPRD Sumatra Utara, Jalan Imam Bonjol, Medan menjadi viral di Internet. Video-video tentang kabar itu diunggah oleh berbagai akun di Youtube dan media sosial. Polri membantah keras kabar tersebut.
Kepala Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto menilai, informasi tersebut dipelintir. "Ah tidak benar itu, hoaks, itu dipelintir," ujar Setyo di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Ahad (23/9).
Setyo mengatakan, sinergitas TNI dan Polri terjaga. Dalam pengamanan aksi unjuk rasa, kata Setyo, Polri dan TNI saling berkoordinasi. "Kami sama TNI bersama-sama kok pengamanannya," ujar Setyo.
Setyo menuturkan, pada prinsipnya, Polri dan TNI melakukan pengamanan dalam setiap aksi unjuk rasa sesuai Undang-Undang. Bila terdapat aksi yang mengganggu ketertiban, maka kepolisian pun akan melakukan tindakan tegas.
"Kalau buat onar ya harus ditindak, kita lindungi orang sesuai UU," ujar dia.
Pada 20 September, aksi unjuk rasa pro dan kontra pemerintahan Joko Widodo terjadi depan gedung DPRD Sumatra Utara. Aksi tersebut berakhir ricuh antara mahasiswa dan anggota polisi.
Awalnya, sejumlah mahasiswa mengkritisi kinerja pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi. Sebaliknya, Komunitas Masyarakat Cinta NKRI memuji-muji pemerintah Jokowi. Kericuhan terjadi di antara kedua kubu tersebut.
Aparat kepolisian dari Polrestabes Medan memukul mundur mahasiswa. Para mahasiswa diduga mengalami luka luka akibat tindakan aparat kepolisian. aat kejadian itulah muncul kabar bahwa mahasiswa meminta perlindungan TNI akibat dikejar - kejar polisi.
Setyo menambahkan, adanya kabar itu adalah upaya mengadu domba antara TNI dan Polri. Saat ini, polisi sedang mencari tahu siapa yang pertama kali menyebarkan informasi tersebut.
"Sedang kami cari tuh yang adu domba," ucap Setyo.