REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kementerian Pertanian (Kementan) mulai mendistribusikan 10 juta benih unggul perkebunan kepada petani. Langkah tersebut dilakukan untuk mendorong kebangkitan kejayaan rempah-rempah Indonesia.
"Kita ingin mengembalikan kejayaan rempah Indonesia untuk produk-produk yang memang menjadi keunggulan komparatif kita. Lompatan produktivitas dan daya saing pertanian ini hanya bisa dilakukan dengan inovasi teknologi berupa benih unggul yang nantinya ditanam oleh petani kita," kata Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir saat memberi sambutan mewakili Menteri Pertanian dalam peluncuran distribusi benih perkebunan di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, Senin (24/09).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memandatkan Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan dan Balai-Balai Penelitiannya serta Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian (BBP2TP) Tahun Anggaran 2017-2018 mendapat tugas tambahan memproduksi benih sebar perkebunan. Saat ini BBP2TP sudah memproduksi sebanyak 18.289.935 benih. Benih yang diproduksi meliputi benih tebu, kopi, kakao, karet, kelapa, lada, pala, cengkeh, kayu manis dan jambu mete.
Syakir menambahkan, Balai-Balai di Lingkup Puslitbang Perkebunan yaitu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma), dan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) memproduksi sebanyak 15.378.617 benih unggul bersertifikat.
"Balitbangtan tidak lagi hanya bertugas untuk merakit varietas unggul dan menyediakan benih sumber, tetapi juga sekaligus memproduksi benih sebar yang dapat disalurkan langsung kepada masyarakat petani melalui koordinasi dengan stakeholder di pusat dan daerah," kata Syakir.
Langkah Kementan ini sangat penting, mengingat sektor perkebunan merupakan penghasil devisa negara terbesar, melebihi pendapatan sektor minyak dan gas. Pada 2017, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kontribusi sektor perkebunan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar Rp 471 triliun, meningkat 9 persen dibandingkan kontribusinya pada 2016. Nilai ekspornya mencapai Rp432,4 triliun atau 96,4 persen dari total nilai ekspor pertanian. Tingginya permintaan pasar global terhadap produk-produk perkebunan ini, belum diimbangi dengan ketersediaan stok dalam negeri sebagai akibat tingginya proporsi tanaman yang sudah tua dan tidak produktif lagi.
"Untuk menyikapi hal tersebut perlu dilakukan langkah nyata, melalui peremajaan tanaman, pemilihan varietas unggul dan pemberantasan hama/penyakit. Anggaran Kementan untuk program pembenihan gratis pada APBN 2018 ini dialokasikan Rp 5,5 triliun, naik dari 2,4 triliun pada APBN-P 2017 termasuk di dalamnya untuk sektor perkebunan," tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Syakir menjelaskan, langkah Kementan tidak akan berhasil tanpa peran aktif pemerintah daerah, dan tentunya petani sebagai pelaku utama sekaligus sasaran untuk disejahterakan. Ia berharap kesempatan program besar pemerintah bisa disambut dengan antusias.
Sementara itu, Bupati Serang Tatu Chasana menyatakan, petani sedang bersemangat untuk mengembangkan perkebunan. "Di daerah kami tanaman yang dikembangkan terutama ada kakao, kopi, dan cengkeh. Pemda siap mendukung program Kementerian ini untuk sektor pertanian dan perkebunan ini, termasuk menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran," kata Tatu.
Dalam acara yang bertajuk "Inovasi Teknologi Perbenihan Mendukung Kebangkitan Rempah Indonesia” tersebut, hadir Anggota Komisi IV DPR RI Fadholi, Bupati Bandung, Bupati Serang, Wakil Walikota Pagaralam, Wakil Walikota Sukabumi, dan Asisten Daerah Kabupaten Sukabumi. Kementan juga menghadirkan 1.000 peserta yang terdiri dari petani, pelaku usaha perkebunan, industri, siswa dan mahasiswa dari berbagai daerah untuk mengikuti bimbingan teknis inovasi teknologi perkebunan, dan pengenalan varietas unggulan hasil inovasi.