Selasa 25 Sep 2018 17:18 WIB

Cina: Washington Pegang 'Pisau di Leher' Cina

Trump sudah mengesahkan tarif impor komoditas Cina sebesar 200 miliar dolar AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: VOA
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Deputi Kementerian Perdagangan Cina Wang Shouwen mengatakan sulit untuk bisa berbicara dengan Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan perang dagang sementara Washington memegang 'pisau di leher' Cina.

Wang Shouwen memberikan perumpamaan tersebut untuk menjelaskan bagaimana AS terus menekan dan mengancam perdagangan dan perekonomian internasional Cina.

"Sekarang Amerika Serikat mengadopsi pembatasan skala besar dan memegang pisau ke arah leher (negara) lain, bagaimana bisa dinegosiasikan? Itu akan menjadi negosiasi yang tidak setara," kata Wang di konferensi pers Kementerian Perdagangan Cina, seperti dilansir dari Time, Selasa (25/9).

Pemerintah Cina juga telah merilis laporan yang menuduh Presiden AS Donald Trump menggertak negara-negara lain. Hal itu mengurangi harapan untuk penyelesaian perang dagang antara Amerika-Cina. Pada Senin (24/9), Trump sudah mengesahkan tarif impor komoditas Cina sebesar 200 miliar dolar AS.

Cina pun membalasnya dengan menjatuhkan tarif impor terhadap komoditas AS sebesar 60 miliar dolar AS. Konflik ini bermula ketika Amerika mengeluhkan dan menuduh Cina menekan dan mencuri teknologi perusahaan-perusahaan asing yang melakukan produksi di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Baca juga, Cina Batalkan Pembicaraan Dagang dengan AS.

Pejabat-pejabat Amerika mengatakan, Cina ingin menjadi negara yang memimpin pengembangan teknologi robotik dan teknologi lainnya dalam kompetisi global. Menurut pemerintah Donald Trump ini hal ini akan merusak pasar terbuka dan mengikis kepemimpinan AS di industri tersebut.

Pemerintah Cina membuka negosiasi dengan Amerika. Wang Showen pun sempat mengunjungi Washington untuk menegosiasikan perang dagang ini pada Agustus lalu. Tapi pertemuan tersebut tidak menghasilkan kemajuan apa pun.

Diprediksi konflik antardua raksasa ekonomi dunia tersebut akan berlangsung sampai  2020. Pengusaha-pengusaha Amerika juga melaporkan Cina meningkatkan tekanan pada mereka dengan memperlambat izin pabean, meningkatkan inspeksi lingkungan dan lainnya.

Cina pun memperkuat posisi mereka dengan menyatakan mendukung perdagangan bebas. Meski kebijakan dagang dan industri mereka banyak dikelukan oleh pengusaha-pengusaha Amerika, Eropa dan negara-negara lainnya. Selama beberapa pekan terakhir Cina menekankan mereka melindungi sistem perdagangan multilateral global.

Cina juga menuduh Trump mengabaikan aspek saling percaya yang sangat dibutuhkan dalam hubungan internasional. Menurut pakar kritik tajam ini mengindikasikan tidak akan ada negoasiasi untuk menghentikan perang dagang setidaknya dalam waktu dekat. 

"Kritik tajam ini menunjukan Cina lebih memilih untuk menunggu situasi pemerintahan AS dibandingkan mendorong negosiasi yang sia-sia, meningkatkan kemungkinan kedua belah pihak tidak akan melakukan negosiasi dalam waktu dekat, setidaknya sampai ada perubahan nyata dalam suasana politik masing-masing negara," kata ekonom dari Mizuho Bank, Cheng Wei Liang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement