REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam soal hubungan dan interaksi sosial, Muslim Cham sangat mementingkan hierarki dan perilaku yang tepat. Perempuan harus menghormati laki-laki atau anak-anak harus menghormati orang tua mereka.
Setiap orang harus menghormati atasan mereka. Semua tamu yang berkunjung akan mendapat pelayanan prima, sajian yang terbaik dari tuan rumah.
Adat menyapa dalam tradisi masyarakat lokal juga tak begitu saja ditinggalkan. Komunitas Muslim Champ, seperti umumnya Muslim sering bertemu sambil mengucapkan salam.
Muslim Champ di Kamboja juga saling menyapa dengan sampeah(sapaan tra disional Khmer). Sampeahdimulai dengan menyatukan kedua telapak tangan dengan jari-jari mengarah ke atas atau sedikit miring ke arah orang lain, lalu mengangkat tangan ke dada atau dahi mereka.
Terkait tradisi pernikahan, pernikahan Champ tergolong sederhana, melibatkan sedikit biaya atau upacara. Pemuda pemudi me nikah dengan lebih dahulu saling me ngenal dan keperawanan tetap sangat di hargai untuk pengantin. Anak perempuan dan anak laki-laki memiliki kesempatan untuk ber bicara dan menggoda hanya pada acara-acara khusus, dikelilingi kerabat dan tetangga.
Kebanyakan pria menikah antara usia 19 hingga 25 tahun dan perempuan sedikit lebih muda, biasanya antara 16 hingga 22 tahun. Mereka lebih terbiasa meminta izin dan bantuan orang tuanya dalam mencari istri daripada melakukannya sendiri.
Orang tuanya atau seorang mak comblang mendekati keluarga wanita muda itu untuk melihat apakah mereka tertarik dengan sebuah pernikahan. Jika tanggapan positif, keluarga menegosiasikan syarat dan waktu pernikahan.
Di hadapan seorang imam yang bertindak sebagai saksi, orang tua dari wanita muda itu bertanya kepada pengantin pria apakah dia akan menerima putri mereka sebagai pengantinnya. Setelah dia setuju, pernikahan itu berakhir dan kemudian dirayakan dengan pesta ala kadarnya.
Pernikahan polygynous diperbolehkan (hingga empat istri), meskipun istri pertama harus menyetujui pemilihan istri berikutnya. Perceraian juga perkara yang diperbolehkan, meski kebanyakan poligami dan perceraian terjadi di keluarga kaya.
Masih umum bagi banyak pasangan muda untuk menghabiskan tahun pertama pernikahan di rumah orang tua perempuan itu. Setelah orang tua yakin akan stabilitas menantunya atau setelah kelahiran anak pertama, pasangan muda itu pindah ke rumah baru yang dibangun untuk mereka oleh keluarga mereka.
Muslim Champ memiliki keturunan mereka dan mene ruskan warisan melalui garis ibu. Sehingga, pasangan muda pergi untuk tinggal bersama keluarga istri.
Tradisi Muslim Champ sangat ketat melakukan pembagian kerja dalam urusan domestik rumah tangga.
Para wanita akan ditugaskan merawat anak-anak dan rumah tangga. Pria bertanggung jawab untuk budi daya padi dan pekerjaan konstruksi, kerajin an alat, dan perbaikan rumah.
Perempuan melakukan sebagian besar produksi tekstil, seperti carding, pemintalan, dan menenun kapas.
Mereka juga bertanggung jawab untuk kebun sayur dan buah keluarga dan untuk pengirikan, pengupasan, dan penggilingan gandum. Wanita membawa air keluarga dari danau, sungai, atau kolam terdekat.