Jumat 28 Sep 2018 15:44 WIB

Boeing Raih Kontrak Rp 137 Triliun dari Angkatan Udara AS

Pesawat Supersonik T-38 sudah dipakai latihan sejak jaman John F Kennedy

Rep: Lintar Satria/ Red: Budi Raharjo
Boeing
Boeing

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Boeing Company mengalahkan Lockheed Martin dalam lelang penyediaan peralatan latihan Angkatan Udara AS senilai 9,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 137 triliyun. Sebanyak 351 sampai 475 pesawat latihan dan 120 sistem latihan di darat AU AS akan diproduksi oleh Boeing.  

"Pesawat tempur baru akan mendorong kapabilitas latihan yang lebih canggih yang kami butuhkan untuk meningkatkan serangan yang lebih efektif dan mematikan untuk para pilot Angkatan Udara di masa depan," kata Sekretaris Angkatan Udara AS Heather Wilson seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (28/9).

Persaingan antara dua perusahaan tersebut menguntungkan Kementerian Pertahanan Amerika. Karena menghemat biaya sampai 10 miliar dolar AS. Sebab sebelumnya Pentagon memperkirakan untuk mendapatkan 351 pesawat latihan dibutuhkan dana sebesar 19,2 miliar dolar AS.

Sementara kontrak ini akhirnya disepakati hanya senilai 9,2 miliar dolar AS. Boeing akan menyediakan pesawat latihan T-X yang menggantikan pesawat-pesawat latihan AU AS yang telah berusia hampir setengah abad.

Pesawat Supersonik T-38 sudah dipakai latihan sejak jamannya John F Kennedy masih jadi presiden. Pesawat latihan T-X dan simulatornya akan tiba di Pangkalan latihan San Antonio-Randolph di Texas pada tahun 2023.  

Awalnya kontrak ini ditawarkan sebesar 813 juta dolar AS yang sudah termasuk pengembangan teknisi dan manufaktur. Tapi terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Dengan kemenangan ini Boeing meraih tiga kontrak besar sebelum belanja fiskal tahunan AS ditutup pada 30 September. Perusahaan penerbangan raksasa ini juga memiliki potensi keuntungan sebesar 13 miliar dolar AS dari kontrak pesawat pengisi bahan bakar tanpa awak MQ-25 dengan Angkatan Laut Amerika Serikat.

Boeing juga mendapatkan kontrak membuat empat helikopter di leg pertama dari total kesepakatan senilai 2,38 miliar dolar AS. Tiga kontrak besar ini mengakhiri keterpurukan Boeing. Ketika proyek pesawat bomber siluman dimenangkan oleh Northrop Grumman pada tahun 2015 lalu dan kontrak pesawat tempur F-35 tahun 2001 dimenangkan oleh Lockheed.

Dengan pengumuman kontrak ini saham Boeing pun naik satu persen menjadi 367.39 dolar AS per lembar sementara Lockheed turun 1 persen menjadi 346.05 dolar AS per lembar. Kemenangan ini juga mendorong divisi Pertahanan dan Luar Angkasa Boeing yang selama beberapa dekade terakhir mengalami penurunan.

Bidang penyediaan barang militer Boeing memang menurun. Divisi pertahanan mereka hanya memberikan keuntungan sebesar 23 persen pada tahun lalu. Jauh lebih kecil dibandingkan pada tahun 2010 ketika divisi tersebut menyumbang keuntungan sebesar 50 persen.

Boeing mungkin memang mendapatkan banyak pesanan pesawat dan suku cadang dari luar AS selama beberapa dekade terakhir. Mereka dibantu oleh program Pentagon yang menekan negara-negara lain untuk terus memperbaharui pesawat-pesawat latihan terbang mereka.  

Tapi kini mereka memiliki pesaing di pasaran. Teal Group dari Fairfax, perusahaan yang berbasis di Virginia dikabarkan sudah masuk ke pasar global dengan memproduksi 2,441 pesawat latihan tenaga turbo yang senilai lebih dari 30 miliar untuk beberapa puluh tahun ke depan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement