REPUBLIKA.CO.ID, Sepanjang Selasa (2/10), publik dihebohkan oleh kabar dugaan penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet. Kabar beredar viral di media sosial (medsos), termasuk foto wajah Ratna yang terlihat lebam di bagian mata kanan dan kirinya.
Spekulasi pun bergulir bahwa Ratna, yang merupakan aktivis yang selama ini kritis terhadap pemerintah, dikeroyok. Informasi yang beredar, Ratna dikeroyok oleh tiga orang di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (21/9). Lewat akun Twitter-nya, politikus Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengonfirmasi hal ini.
Mbak @RatnaSpaet mmg mengalami penganiayaan n pengeroyokan oleh oknum yg blm jelas. Jahat n biadab sekali.
— Fadli Zon (@fadlizon) October 2, 2018
Ragam kecaman atas dugaan penganiayaan terhadap Ratna langsung terlontar. Kebanyakan dari para politikus atau aktivis yang menjadi bagian dari pendukung koalisi Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.
Prabowo, bersama Dewan Kehormatan PAN Amien Rais dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, kemarin langsung menemui Ratna. Seusai pertemuan, Prabowo menggelar konfrerensi pers dengan memberitahukan bahwa Ratna masih syok.
"Dia sangat ketakukan, trauma saya lihat sendiri. Ini menjadi ancaman serius terhadap demokrasi dan ini sangat ironi," kata Prabowo, Selasa.
Prabowo mengatakan, ia akan menemui Kapolri untuk membicarakan kasus kekerasan tersebut. Prabowo menilai, tindakan yang dialami Ratna Sarumpaet merupakan tindakan represif yang terjadi di luar nilai kepatutan.
"Kami di sini sangat prihatin dan saya bersama tokoh-tokoh dari Badan Pemenangan Koalisi Indonesia Adil Makmur berencana dalam waktu dekat akan menghadap Kapolri dan pejabat lain untuk membicarakan masalah ini," ujar Prabowo.
Wakil Ketua Tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Nanik S Deyang, membeberkan kronologi penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet. Nanik mengetahui kronologi ini berdasarkan hasil penjelasan Ratna kepada Prabowo.
"Sore ini setelah agak pulih, ia (Ratna Sarumpaet) melaporkan ke Pak Prabowo kejadian yang menimpanya. Pak Prabowo didampingi Pak Amien Rais dan Fadli Zon," kata Nanik, Selasa (2/10).
Nanik menceritakan, Ratna dihajar tiga orang pada 21 September lalu di sekitar Bandara Husein Saatranegara, Bandung, Jawa Barat. Kala itu, pada malam hari, Ratna baru menghadiri acara konferensi dengan peserta beberapa negara asing di sebuah hotel.
Nanik menjelaskan, Ratna naik taksi bersama peserta dari Sri Lanka dan Malaysia. Sebetulnya, Nanik mengatakan, Ratna mengaku sedikit curiga tiba-tiba taksi dihentikan sedikit jauh dari keramaian.
"Nah, saat dua temannya yang dari luar negeri turun dan berjalan menuju bandara, Mbak Ratna ditarik tiga orang ke tempat gelap, dan dihajar habis oleh tiga orang, dan diinjak perutnya," kata Nanik, menceritakan ulang pernyataan Ratna.
Setelah dipukuli, Nanik mengatakan, Ratna dilempar ke pinggir jalan aspal sehingga bagian samping kepalanya robek. Berdasarkan pengakuan Ratna, Nanik mengatakan, kejadiannya sangat cepat sehingga sulit mengingat bagaimana urutan kejadiannya.
Namun, ia mengatakan, Ratna masih sedikit sadar saat dia kemudian dibopong sopir taksi dan dimasukkan ke dalam taksi. "Oleh sopir taksi, Mbak Ratna diturunkan di pinggir jalan di daerah Cimahi," tuturnya.
Dengan sisa-sisa tenaga, Nanik mengatakan, Ratna mencari kendaraan menuju rumah sakit di Cimahi serta menelepon temannya seorang dokter bedah dan langsung ditangani. "Mbak Ratna malam itu juga langsung balik ke Jakarta,” kata dia.
Menurut Nanik, Ratna merasa trauma setelah kejadian itu sehingga memilih berdiam diri selama 10 hari. "Barulah hari Ahad lalu dia memanggil Fadli Zon ke rumahnya, dan baru semalam Fadli Zon melaporkan ke Pak Prabowo, dan hari ini di suatu tempat menemui Pak Prabowo," kata Nanik.
Belum ada keterangan langsung dari Ratna soal apa yang sebenarnya terjadi. Pihak keluarga masih enggan memberikan komentar perihal kasus tersebut. Perwakilan media putri Ratna, Atiqah Hasiholan, tidak menjawab panggilan telepon dan pesan singkat dari media. Begitu pula dengan Rio Dewanto, menantu Ratna.
"Untuk soal itu, nanti saja tunggu dari Tante Ratna langsung," kata Boy, manajer Rio, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (2/10).
Baca juga:
- Polisi: Fadli Zon Jadi Terlapor Penyebaran Hoaks Soal Ratna
- PDIP Minta Kasus Ratna tak Dipolitisasi
- Hari Ini RS Bina Estetika Liburkan Semua Dokter
Penyelidikan polisi
Spekulasi yang berkembang liar di medsos ternyata membuat polisi bergerak melakukan penyelidikan. Pada hari ini, Polda Metro Jaya menggelar keterangan pers dan menjelaskan temuan berbeda.
Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Nico Afinta, pihak kepolisian tidak menemukan fakta, saksi, maupun laporan pengeroyokan yang dialami Ratna Sarumpaet di sekitar Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, pada 21 September 2018. Nico membeberkan, justru polisi mendapatkan bukti Ratna menjalani operasi plastik di Rumah Sakit Bina Estetika Menteng, Jakarta Pusat, pada 21 September.
"Terdapat keterangan berbeda," kata Nico dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/10).
Berdasarkan penyelidikan polisi, Nico menjelaskan, pada 20 September 2018, Ratna mendaftar ke RS Bina Estetika, Menteng, Jakarta. Lalu, pada 21 September 2018, Ratna teregistrasi hadir di rumah sakit kecantikan tersebut.
Menurut Nico, polisi akan mendalami dua aspek, pertama, terkait dugaan penganiayaan yang terjadi, lalu tentang benar tidaknya kabar bahwa Ratna benar-benar dipukuli. "Dua itu masih kami proses," ujar Nico.
Nico mengatakan, polisi menerima empat laporan terkait kasus dugaan pengeroyokan terhadap aktivis Ratna. Satu dari tiga laporan meminta polisi mengusut dugaan penganiayaan.
"Ada tiga laporan polisi yang masuk ke Polda Metro Jaya. Satu laporan ke Bareskrim Polri," kata Nico di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/10).
Menurut dia, tiga laporan berisi permintaan terhadap polisi untuk mengusut pemberitaan bohong mengenai pengeroyokan terhadap Ratna. Sementara, satu laporan lagi berisi desakan terhadap polisi untuk mengusut pelaku pemukulan terhadap Ratna.
Pihak kepolisian akan menemui Ratna Sarumpaet terkait laporan kasus dugaan penganiayaan. Nico menuturkan, Ratna akan ditemui kepolisian dalam kapasitas saksi.
"Ibu Ratna saat ini saksi karena beliau yang utama," ujar Nico.
Mengenai perbedaan fakta itu, polisi enggan menegaskan bahwa yang disampaikan Ratna adalah bohong. "Silakan disimpulkan sendiri, bisa enggak menyimpulkan, satu orang berada di dua tempat," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto di Mapolda Metro Jaya.
Sebuah dokumen yang mencakup transaksi dengan nomor rekening Ratna, disertai log panggilan nomor pribadi ponsel pribadi juga beredar di internet. Dokumen berformat presentasi itu berstempel Polda Metro Jaya. Namun, Setyo belum membenarkan dokumen tersebut. Ia menolak menjawab saat ditanya terkait tersebarnya data tersebut.
"Tidak-tidak," ucapnya.
In Picture: Polisi Sebut Tidak Temukan Bukti Pengeroyokan Ratna

Kadiv Humas Mabes Polri, Setyo Wasisto (tengah), memberikan keterangan kepada media terkait pemberitaan penganiayaan aktivis kemanusiaan Ratna Sarumpaet di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/10).