Kamis 04 Oct 2018 13:04 WIB

'Utamakan Kampanye dengan Santun'

Momentum Pemilu dan Pilpres 2019 harus berlangsung aman dan damai.

Capres nomor urut 1 Joko Widodo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto berjalan bersama usai Mendeklarasikan Kampanye Damai dan Berintegritas di kawasan Monas, Jakarta, Ahad (23/9).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Capres nomor urut 1 Joko Widodo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto berjalan bersama usai Mendeklarasikan Kampanye Damai dan Berintegritas di kawasan Monas, Jakarta, Ahad (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Relawan Jokowi yang menamakan diri Konsolidasi Kaukus Muda Nusantara (KMN) menegaskan akan menggunakan agenda politik yang santun. Sehingga, upaya pemenangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin akan mengutamakan silaturahim dan menghindari cara-cara kampanye yang jauh dari moralitas.

"Karena biar bagaimanapun masa depan dan pembangunan Indonesia harus dilakukan dengan cara yang beradab. Momentum Pileg dan Pilpres 2019 harus berlangsung aman dan damai serta menjadi pembelajaran politik yang cerdas bagi rakyat Indonesia," kata Koordinator Nasional KMN Muhlis Ali melalui siaran persnya, Kamis (4/10).

Terkait upaya pemenangan, Muhlis menyatakan pihaknya akan memperkuat dukungan terhadap Presiden Jokowi. Salah satu agendanya yaitu memfokuskan Jawa Timur  sebagai basis gerakan, sambil memperkuat walayah lain yang sudah ada jaringan KMN.

Menurut Muhlis,  konsolidasi akan akan difokuskan kepada kelompok-kelompok strategis di masyarakat. Yaitu, tokoh pemuda, mahasiswa,  tokoh masyarakat, ulama, dan elemen lain.

"Agenda menjadi penting untuk mengkonsolidasi kekuatan-kekuatan dan kelompok pedukung Jokowi - Ma'ruf Amin di samping menjelaskan kesuksesan selama kepemimpinan Presiden Jokowi dan rencana program kedepan yang akan dilakukan untuk mensejahterakan rakyat dan memajukan Indonesian," kata Muhlis.

Komunikasi dengan kelompok-kelompok strategis dan tokoh yang berkiprah di masyarakat menjadi sangat penting karena mereka bersentuhan langsung dan memahami kondisi masyarakat. Sehingga, melalui para tokoh tersebuat konsolidasi dan komunikasi bisa berjalan dengan terukur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement