REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni menyebut ada satu hal yang bisa mengalahkan paslon Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Satu hal itu adalah hoaks yang diproduksi secara masif.
"Hanya produksi dan reproduksi hoaks yang masif yang dapat mengalahkan Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf. Alhamdulillah, jauh-jauh hari strategi mereka terkuak dengan tertangkapnya Ratna Sarumpaet," katanya dalam keterangan resmi, Senin (8/10).
Raja mengatakan Tim Koalisi Nasional (TKN) sudah menyadari akan adanya serangan hoaks terhadap Jokowi-Ma'ruf. Ia pun mengingatkan seluruh anggota TKN agar mewaspadai aksi hoaks di kemudian hari. Sebab tak menutup kemungkinan kasus hoaks Ratna Sarumpaet kembali muncul.
"Kader partai dan relawan harus benar-benar siap menghadapi serangan 'Ratna Sarumpaet' lainnya yang lebih keji bentuk fitnah dan modusnya," ujarnya.
Di sisi lain, ia menyambut baik hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC). Hasil survei SMRC menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin berada di angka 60,4 persen. Sementara, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya meraih elektabilitas 29,8 persen.
Raja pun optimistis Jokowi memimpin Indonesia kembali untuk lima tahun ke depan. Hanya saja, ia mengimbau TKN supaya tak larut dalam euforia kemenangan pada survei.
"Hasil baik dalam survei tersebut tidak boleh membuat para pendukung Pak Jokowi lengah dan 'ternina bobokan'. Enam bulan lagi para kader partai dan relawan untuk sama-sama kerja dalam ikatan solidaritas dan gotong royong," ucapnya.
Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat sepanjang September 2018 kubu Jokowi-Ma'ruf Amin paling banyak diserang berita dan informasi hoaks yang beredar di media sosial. "Dari catatan hoaks politik yang masuk dalam database kami diolah dari group Forum Anti-Fitnah Hasut dan Hoaks pada September 2018, hoaks yang menyerang Jokowi sebanyak 36 jenis dan Prabowo 16 jenis," kata Ketua Mafindo Septiaji Eko Nugroho, saat dihubungi dari Padang, Senin.
Ia memerici, pada September 2018, ada 86 topik hoaks yang mengemuka. 59 topik di antaranya terkait politik serta 52 lainnya terkait Pilpres 2019.
"Artinya, hoaks pilpres masih mendominasi media sosial, dan juga platform messaging seperti WA dan ini mengkhawatirkan, karena rentan memicu pertengkaran bahkan konflik sosial di masyarakat," kata dia.