Selasa 09 Oct 2018 01:41 WIB

Chris Cornell Diabadikan dengan Patung di Seattle

'Ini adalah refleksi cahaya Chris'

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Yudha Manggala P Putra
Patung Chris Cornell
Foto: The Seattles Time/Ken Lambert
Patung Chris Cornell

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setahun lebih setelah kematian vokalis Soundgarden Chris Cornell, sekelompok massa berkumpul bersama pada Ahad (7/9) di The Seattle Museum of Pop Culture. Mereka hadir untuk menyaksikan peluncuran patung salah satu sosok legenda musik grunge itu.

Hadir di antara para penggemar adalah istri Chris, yakni Vicky Cornell  bersama tiga anaknya, Lilu Toni dan Christoper. Hadir pula bekas personel satu band Cornaa, Kim Thayil, Matt Cameron dan Ben Shepherd.

"(Patung) ini adalah refleksi cahaya Chris, sebuah cahaya yang bersinar melalui musiknya dan menyentuh ribuan manusia, yang menyinari kehidupan kita, cahaya yang terus menginspirasi di masa depan," kata Vicky Cornell dikutip Rolling Stone, Senin (8/10).

Thayil, Cameron, dan Shepherd menuturkan, pasca-meninggalnya Chris pada 18 Mei 2018 di sebuah kamar hotel Detroit, mereka dan fans Soundgarden cukup melewati hari-hari yang berat. Namun, semangat dan jiwa yang ditularkan Chris melalui musiknya membuat mereka tetap menatap ke depan

"Ada banyak momen bersama Chris yang memengaruhi perkembangan musik saya sebagai musisi, dan sekedar teman, saya ingat betul tahun 86 baru gabung ke band, lalu ada Chris yang langsung menemukan formula yang pas untuk band," ujar Cameron.

Patung Chris Cornell diharapkan oleh keluarga, personel dan band dapat menjadi pengingat dan penyemangat para musisi dalam menelurkan karya kreatif yang berani.

Perjalanan Cornell di masa lalu mengingatkan publik pada skena Musik Seatle yang sempat merajai panggung musik dunia termasuk Indonesia di tahun 90an. Mengusung aliran Grunge, Cornell bersama Soundgarden, Kurt Cobain bersama Nirvana dan Eddie Vedder bersama Pearl Jam. Cornell dikenal dengan suara lengkingan seraknya.

Bapak-bapak pengusung musik Grunge itu pun berhasil menginfus dunia dengan gaya bermusik mereka yang keras dan tegas namun tetap melankolis dalam penyampaian pesannya. Sejumlah lagu andalan Soundgarden seperti "Black Hole Sun" pun tak jarang didengarkan oleh publik tahun 90an bersama "Smells Like Teen Spirit"-nya Nirvana dan "Black" oleh Pearl Jam.

Musik itu bahkan pernah berada di tangga lagu teratas di Indonesia pada tahun 90an. Cornell bahkan sempat berkolaborasi dengan pentolan Pearl Jam, Eddie Vedder membentuk superband dengan nama Temple of the Dog dengan andalan lagu "Hunger Strike"-nya.

Meninggalkan Soundgarden, Cornell menjajaki karir bermusik bersama gitaris kawakan Rage Against The Machine, Tom Morello. Bersama Morello, Cornell membentuk Audioslave. Cornell juga sempat mencoba menjajaki karir sebagai penyanyi solo.

Lagi-lagi remaja Indonesia menggandrungi karya Audioslave bertajuk "Like a Stone" pada awal tahun 2000an. Hal ini karena lagu itu menjadi musik tema Gim sepak bola Playstation, Winning Eleven yang digandrungi remaja Indonesia pada masa itu. Cornell telah meninggalkan legasi fondasi aliran musik Grunge yang berkarakter hingga saat ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement