REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Bank Indonesia merilis proyeksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) tahun 2018 sebesar 2,9 persen dari angka Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini masih di bawah 'batas aman' yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 2,9 persen.
"Kalau dilihat di Indonesia, CAD di bawah tiga persen adalah batas aman," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam acara Central Banking Forum di Conrad Bali, Rabu (10/10).
BI sendiri, lanjut Perry, tetap berkomitmen untuk menekan CAD dengan sejumlah langkah seperti mandatori B20 untuk mengurangi impor minyak, menaikkan PPh impor barang mewah, dan aturan mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Selain itu pemerintah juga melakukan penundaan proyek-proyek infrastruktur dengan kebutuhan impor tinggi dan devisa dari sektor industri pariwisata yang ditingkatkan.
BI juga menaikkan suku bunga acuannya untuk bertahan dari ketidakpastian global. Hingga September 2018, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 150 bps menjadi 5,75 persen.
Perry menegaskan bahwa kenaikan suku bunga acuan dilakukan berdasarkan tekanan global yang terjadi, bukan karena laju inflasi. Apalagi, lanjutnya, angka inflasi Indonesia berhasil dijaga rendah.
"Kami lihat, kami sebenarnya tidak perlu naikkan suku bunga acuan. Tapi karena ada tekanan global. Jadi, ini bukan dari sisi inflasi kita," katanya.
Baca juga, Mantan Menkeu Ini Sarankan Pemerintah Naikkan Harga BBM